Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh, Agen Rahasia China Rekrut Informan Pakai Aplikasi LinkedIn

Duh, Agen Rahasia China Rekrut Informan Pakai Aplikasi LinkedIn Kredit Foto: (Foto/Reuters)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Agen Rahasia China dikabarkan menggunakan media sosial LinkedIn untuk merekrut warga Amerika yang memiliki akses rahasia ke pemerintah atau bisnis. Seperti yang diwartakan New York Times mengutip Daily Mail, para akademisi, mantan pejabat pemerintah dan diplomat merupakan yang paling dicari oleh agen-agen intelijen Cina.

 

Diketahui, seorang mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Denmark, yang pernah menerima pesan-pesan di LinkedIn dari seseorang yang mengaku bekerja untuk perusahaan China memintanya untuk bertemu. Akan tetapi saat tiba, dia malah disambut oleh tiga yang menawarkan “akses bagus ke sistem China” untuk penelitiannya.

 

"Orang China ingin membangun opsi-opsi ini dengan elit politik, akademik, dan bisnis," kata Jonas Parello-Plesner, pejabat Denmark yang melaporkan upaya merekrut intelijen China menggunakan LinkedIn.

 

Strategi yang dilakukan terbukti efektif di masa lalu. Pada 2018, Kevin Mallory, mantan karyawan Badan Intelijen Amerika Serikat (FBI), direkrut oleh agen-agen China.

 

huzzu8vyqyks5jh47559_12608.jpg

 

Mallory, yang mahir berbahasa Mandarin, yang memiliki masalah keuangan dihubungi melalui pesan LinkedIn pada Februari 2017 oleh seorang warga negara China yang menyamar sebagai pencari tenaga kerja. Orang itu, menggunakan nama Richard Yang. Ia mengatur agar Mallory bisa berkomunikasi dengan seorang pria yang mengaku bekerja untuk sebuah lembaga pengamat kebijakan di Shanghai.

 

Usai dua kali pergi ke Shanghai, Mallory setuju untuk menjual rahasia pertahanan AS. Dia mengrimnya dengan perangkat seluler khusus yang diberikan kepadanya. Dia dinyatakan bersalah atas tuduhan spionase pada tahun 2018.

 

Sementara, seorang mantan pejabat kebijakan luar negeri Obama merinci pertemuannya dengan seorang agen mata-mata China yang berusaha merekrutnya. Pada Mei 2017, lima bulan setelah pejabat itu tidak bekerja di pemerintahan AS, dan tepat setelah dia melakukan perjalanan ke China, seseorang bernama Robinson Zhang menghubunginya melalui LinkedIn.

 

Profil LinkedIn Zhang memperlihatkan cakrawala Hong Kong dan ia mengidentifikasi dirinya sebagai manajer hubungan masyarakat untuk sebuah perusahaan bernama R&C Capital.

 

"Saya cukup terkesan dengan CV Anda dan berpikir Anda mungkin tepat untuk beberapa peluang, yang semuanya dibayar dengan baik," tulis Zhang dalam pesan pribadi kepada mantan staf Obama itu.

 

Walaupun situs untuk R&C Capital beralamat di Mody Road No 68, Hong Kong, tidak ada perusahaan dengan nama itu ada dan staf tidak memenuhi perekrut yang jelas.

Agen intelijen di Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Prancis telah mengeluarkan peringatan tentang agen asing yang mendekati ribuan pengguna di LinkedIn.

 

sztwnbuk5emzj0bysbxt_15279.jpg

 

Juru bicara LinkedIn Nicole Leverich mengatakan perusahaan secara proaktif menemukan dan menghapus akun palsu.

 

"Kami menegakkan kebijakan kami, yang sangat jelas. Penciptaan akun palsu atau kegiatan penipuan dengan maksud untuk menyesatkan atau berbohong kepada anggota kami merupakan pelanggaran terhadap persyaratan layanan kami," katanya, CNBC melaporkan.

 

Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya kegiatan intelijen China dilaporkan di media. William Evanina, kepala kontra intelijen AS, mengatakan dalam sebuah wawancara tahun lalu bahwa pejabat intelijen dan penegak hukum telah memperingatkan LinkedIn tentang upaya 'super agresif' China di situs tersebut.

 

Perekrutan oleh China termasuk menghubungi ribuan anggota LinkedIn pada suatu waktu, tetapi dia menolak untuk mengatakan berapa banyak akun palsu yang ditemukan intelijen AS.

 

Evanina mengatakan LinkedIn harus mencontoh Twitter, Google dan Facebook, yang telah membersihkan akun palsu yang diduga terkait dengan badan-badan intelijen Iran dan Rusia.

 

"Saya baru-baru ini melihat Twitter menghapus jutaan akun palsu, dan permintaan kami, mungkin LinkedIn juga bisa seperti itu," kata Evanina, yang mengepalai Kontra-Intelijen dan Keamanan Nasional AS.

 

Diketahui, LinkedIn memiliki 575 juta pengguna dari 200 negara dan wilayah, termasuk lebih dari 150 juta anggota di AS. Sekitar tahun 2018, kepala keamanan LinkedIn, Paul Rockwell, mengonfirmasi bahwa perusahaan telah berbicara dengan agen penegak hukum AS tentang upaya spionase China.

 

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mengidentifikasi dan menghentikan kegiatan ini," kata Rockwell kepada Reuters.

 

"Kami tidak pernah menunggu permintaan untuk bertindak dan secara aktif mengidentifikasi aktor jahat dan menghapus akun yang buruk berdasarkan temuan kami atau intelijen dari berbagai sumber termasuk lembaga pemerintah," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: