Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Jadi Korban Tembakan Peluru Nyasar, Duh!

Rupiah Jadi Korban Tembakan Peluru Nyasar, Duh! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tak ada istilah 'September Ceria' bagi nilai tukar rupiah di awal pekan ini, Senin (02/09/2019). Sejak awal perdagangan spot, Rupiah dibuat gegana alias gelisah galau merana  dengan terkoreksi 0,01% ke level Rp14.181 per dolar AS.

Saking gegananya, rupiah sempat enggan bergerak alias stagnan di level Rp14.185 per dolar dalam waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya, rupiah kembali terjun ke zona merah hingga minus 0,06% ke level Rp14.193 per dolar AS. 

Baca Juga: Kenaikan Tarif Bukan Lagi Wacana, AS-China Mustahil Rujuk?

Bukan hanya dolar AS, rupiah juga terpantau melemah di beberapa mata uang lainnya, seperti euro (-0,06%), dolar Hongkong (-0,06%), yen (-0,10%), dan dolar Taiwan (-0,20%). 

Beruntungnya, rupiah tak sampai menjadi mata uang terlemah di Asia karena masih dapat unggul terhadap baht (0,22%), yuan (0,15%), dolar Singapura (0,14%), dan won (0,09%). 

Asal tahu saja, performa rupiah yang lesu di awal pekan ini dipengaruhi oleh sentimen negatif perang dagang AS-China yang kembali memanas. Bagaimana tidak, rupiah kini menjadi salah satu korban tembakan peluru nyasar atas serangan kenaikan tarif impor yang diluncurkan oleh AS dan China pada akhir pekan kemarin. 

Baca Juga: Perang Dagang Makin Geram, China dan AS Naikkan Tarif Impor Lawan

Ya, tepat pada Minggu (01/09/2019), Presiden Donald Trump resmi memberlakukan tarif sebesar 15% atas barang China senilai US$110 miliar yang meliputi produk pakaian, sepatu, kamera, dan termasuk produk teknologi terbaru seperti Apple Watch.

Serangan tersebut langsung dibalas oleh China di waktu yang bersamaan. China resmi menaikkan tarif atas produk AS senilai US$75 miliar sebesar 5% hingga 10% yang menyasar 1.717 dari total 5.078 produk AS yang masuk ke China. 

Meski Trump mengaku pihaknya akan tetap melanjutkan negosiasi dengan China, serangan  kenaikan tarif tersebut masih akan dilakukan kedua pihak pada pertengahan September mendatang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: