Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Isap Vape Selama 3 Tahun, Remaja Perempuan Alami Koma

Isap Vape Selama 3 Tahun, Remaja Perempuan Alami Koma Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Denver -

Bagi beberapa orang vape merupakan salah satu cara terbaik untuk menghilangkan kebiasaan merokok. Namun, nyatanya teori tersebut salah dan tidak benar adanya.

Seorang remaja mengalami kondisi paru-paru langka hingga mengalami koma karena kebiasaannya mengisap alat vape.

Remaja malang tersebut bernama Maddie Nelson yang kini berusia 18 tahun. Ia dilarikan ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD) setelah menderita sakit punggung dan mual. Ia pun berjuang untuk bernapas dan dokter tidak memiliki pilihan lain selain memberikannya ventilator yang diinduksi secara medis untuk pasien koma.

Baca Juga: Menakar Seberapa Efektif Vape Gantikan Rokok

Beruntung nasib remaja asal Utah, Amerika Serikat tersebut masih bisa diselamatkan. Tiga hari kemudian tepatnya pada 3 Agustus 2019, ia berhasil terbangun dari koma dan didiagnosis mengalami pneumonia eosinofilik akut. Ini merupakan penyakit yang ditandai dengan penumpukan sel darah putih di paru-paru.

Penyebab penyakit ini bisa disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah obat-obatan dan zat beracun tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Begitu Maddie terbangun dari koma, ia pun akhirnya diberi steroid untuk mengurangi peradangan pada paru-parunya. Ia pun hidup masih mengandalkan oksigen pada malam hari.

Sebagaimana dilansir VT, Senin (2/9/2019), penyakit mengerikan ini dialami Maddie setelah tiga tahun melakukan vaping. Pada awalnya remaja ini mengisap vape dengan menguapkan cairan nol-nikotin sebelum beralih menuju 3mg nikotin.

"Saya membagikan kisah ini, supaya Anda semua sadar bahwa ada sesuatu yang gila pada alat ini yang tidak aman dan hampir mengambil hidup saya. Saya dulu hanya mengatakan kepada diri sendiri bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Hal ini bisa terjadi kepada kalian. Saran saya jangan merokok menggunakan vape," terang Maddie.

Lebih lanjut Maddie mengatakan uap dari pembakaran vaping tersebut menjadi tempat yang sempurna bagi bakteri untuk tumbuh dan hidup dalam paru-paru penggunanya. Bakteri-bakteri inilah yang nantinya akan menyebabkan infeksi yang berdampak pada penyakit kronis.

"Ketika Anda menghirup uap air (dari e-liquid), itu hanya menciptakan lingkungan yang sempurna bagi bakteri untuk tumbuh di dalam paru-paru Anda dan memulai infeksi. Dan pada dasarnya, hal inilah yang sebenarnya terjadi," lanjutnya.

Namun, terlepas dari kemungkinan kondisi Maddie dengan vape, secara medis terbukti bahwa vaping lebih tidak berbahaya dibandingkan dengan merokok Penelitian yang dilakukan oleh Kesehatan Masyarakat Inggris tahun lalu menemukan 95 persen vaping lebih tidak berbahaya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: