Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Carl Petterson, Pelaut Asal Swedia yang Menjadi Raja di Papua Nugini

Kisah Carl Petterson, Pelaut Asal Swedia yang Menjadi Raja di Papua Nugini Kredit Foto: Patterson bersama Singdo dan keluarganya.
Warta Ekonomi, Papua nugini -

Sekitar abad ke-20, surat kabar ramai memberitakan mengenai seorang pria Swedia yang menjadi Raja di Pulau Tabar, bagian dari Papua Nugini. Kisah kehidupan pria itu menjadi perhatian dan dikabarkan dengan berbagai cerita, baik yang realistis mau pun yang mirip dengan dongeng.

 

Carl Petterson yang merupakan seorang pria Swedia yang mengarungi laut lepas sejak berusia 17 tahun. Usai menjelajah selama enam tahun di laut, pada 1898 ia akhirnya bekerja di sebuah perusahaan dagang Jerman Neuguinea-Compagnie yang berkantor pusat di Kokopo, Papua Nugini, membuat dia harus melakukan perjalanan ke belahan dunia lain.

 

Ketika Natal, pada 1904, dalam perjalanan ke tempat kerjanya, kapal yang ditumpangi Petterson tenggelam di Samudra Pasifik, dekat dengan Pulau Tabar. Para penduduk asli Pulau Tabar merupakan kanibal, dan dari sudut pandang mereka, Petterson yang terdampar di pantai tampak seperti makanan. Petterson segera dikelilingi oleh penduduk pulau yang penasaran, yang mungkin sudah siap untuk membunuhnya atau memakannya,

 

Namun demikian, mereka kagum dengan mata Petterson yang berwarna biru, karena mereka belum pernah melihatnya sebelumnya.

 

Baca Juga: 2 WNI Terombang-Ambing di Laut Selama 40 Hari, Ditemukan Selamat di Papua Nugini

 

4u03qykzosesmyjeec7t_16248.jpg

Carl Patterson pada 1890.

 

Para penduduk pulau lantas membiarkan Petterson hidup. Dia kuat, menawan, dan tampan, dan segera putri raja pulau jatuh cinta padanya. Usai tiga tahun, pada 1907, Petterson menikah dengan Putri Singdo, putri Raja Lamy. Dia terlibat dalam perdagangan kopra dan kemudian mendirikan perkebunan kelapa sendiri yang dia sebut Teripax.

 

Usai kematian Raja Lamy, Petterson menjadi raja pulau itu. Di antara bangsanya dia dikenal sebagai "Charley si Kuat" dan dia memang memiliki kondisi fisik yang bagus. Petterson berhasil dalam bisnisnya dan bahagia dalam pernikahannya. Dia memiliki delapan anak dengan Singdo, mengembangkan perkebunannya, dan memperlakukan pekerjanya dengan baik. Orang-orang dari pulau menyukainya dan menghormatinya.

 

Namun, dikabarkan istrinya meninggal pada 1921 karena demam nifas. Dengan begitu membuat Patterson mengambil berbagai keputusan yang salah dan perlahan membawanya ke kejatuhannya.

 

Dia kembali ke Swedia pada 1922 dan bertemu Jessie Louisa Simpson, yang kemudian dia bawa ke Pulau Tabar dan dinikahinya di sana pada 1923. Tetapi, selama ketidakhadirannya di pulau, perkebunan Patterson menurun, dia hampir bangkrut, dan dia dan istrinya menderita malaria.

 

bihcmk84bko8ovgl62ia_13531.jpg

 

Patterson mengalami kesulitan untuk bangkit seperti dulu, namun entah bagaimana ia berhasil menemukan deposit emas di Pulau Simberi. Istrinya mencoba mencari pengobatan, mulanya di Australia dan kemudian di Swedia, namun ia meninggal karena malaria dan kanker di Stockholm pada 1935. Ketika tahun yang sama Petterson meninggalkan Tabar, namun ia meninggal di Sydney dua tahun kemudian karena serangan jantung.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: