Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

AS-China Cekcok dan Inggris-Eropa Cerai, Ibarat Sebuah Keluarga: Rupiah Korban Broken Home

AS-China Cekcok dan Inggris-Eropa Cerai, Ibarat Sebuah Keluarga: Rupiah Korban Broken Home Kredit Foto: Reuters/Dominic Lipinski
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berbagai sentimen global terus menarik ulur pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot, termasuk pada hari ini, Selasa (03/09/2019).

Memasuki pertengahan pekan, bayang-bayang esklaasi perang dagang AS dan China masih menjadi sentimen negatf terhadap rupiah. Sebagaimana diketahui, pada Minggu (01/09/2019) lalu, AS resmi mengenakan tarif baru sebesar 15% atas barang China senilai US$110 miliar yang meliputi produk pakaian, sepatu, kamera, dan termasuk produk teknologi terbaru seperti Apple Watch. 

Baca Juga: Kenaikan Tarif Bukan Lagi Wacana, AS-China Mustahil Rujuk?

Begitu pun juga dengan China yang melakukan aksi balasan dengan menaikkan tarif atas produk AS senilai US$75 miliar sebesar 5% hingga 10%.

Kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut sejatinya sudah bercekcok dalam waktu yang lama. Suhu perang dagang yang naik-turun pun telah memberi pengaruh yang besar terhadap perekonomian global, termasuk di Indonesia. 

Tak cukup puas dengan sentiemn perang dagang, global juga dihadapkan oleh sentimen perceraian antara Inggris dan Uni Eropa. Sentimen yang lebih akrab dikenal sebagai British Exit (Brexit) ini tidak kalah berpengaruhnya dari perang dagang AS-China.

Baca Juga: Eropa Ikut Berulah, Rupiah Jadi Makin Gegana!

Perlu diketahui bahwa mulai hari ini, Selasa (03/09/2019) hingga lima pekan ke depan, yakni Senin (14/10/2019), Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson akan menangguhkan parlemen. Hal itu tentu tidak menguntungkan karena parlemen akan mempunyai waktu yang kian sempit untuk melakukan negosiasi berkaitan dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. 

Berdasarkan dua sentimen tersebut bukan mustahil bahwa psikologis pasar akan terpengaruh. Hasilnya tentu bisa ditebak, dolar AS semakin diburu, sedangkan aset-aset berisko dari negara berkembang semakin dijauhi.

Baca Juga: Rupiah Jadi Korban Tembakan Peluru Nyasar, Duh!

Buktinya, hingga berita ini dimuat, dolar AS masih menjelma sebagai mata uang terbaik di dunia. Mata uang Asia seluruhnya dilahap habis oleh dolar AS, termasuk rupiah. Jika polemik AS-China serta Inggris Eropa diibaratkan sebagai sebuah keluarga, rupiah bisa dikatakan menjadi korban broken home karena terus-menerus tersiksa karena sentimen tersebut.

Pada pembukaan pasar pagi tadi, rupiah sudah terdepresiasi 0,04% ke level Rp14.195 per dolar AS. Depresiasi tersebut kian dalam seiring berjalannya perdagangan. Hingga pukul 09.57 WIB, rupiah terkoreksi 0,25% ke level Rp14.229 per dolar AS.

Koreksi tersebut menempatkan rupiah di daftar terbawah dari jajaran mata uang Asia. Rupiah tercatat melemah di hadapan dolar Hongkong (-0,22%), yen (-0,08%), dolar Taiwan (-0,07%), yuan (-0,05%), dan dolar Singapura (-0,02%). 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: