Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bersua Sekjen Nato, Pompeo Akui Bahas Kesepakatan Damai Ini

Bersua Sekjen Nato, Pompeo Akui Bahas Kesepakatan Damai Ini Kredit Foto: Foto/Kemlu AS
Warta Ekonomi, Brussels -

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo dilaporkan telah melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg di Brussels. Salah satu isu yang dibahas adalah mengenai kesepakatan damai AS dan Taliban.

Melalui akun Twitternya, Stoltenberg mengatakan, dia sepenuhnya mendukung proses damai di Afghanistan, ini termasuk kesepakatan damai yang coba dicapai antara AS dan Taliban, yang saat ini dilaporkan sudah memasuki tahap akhir.

"Diskusi hebat dengan Pompeo tentang masalah keamanan saat ini. NATO sepenuhnya mendukung upaya untuk mencapai perdamaian di Afghanistan. Saya mengutuk serangan mengerikan baru-baru ini dan NATO tetap berkomitmen untuk mendukung pasukan Afghanistan," kicau Stoltenberg, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (3/9/2019).

Baca Juga: Pompeo: Tak Seharusnya Ada Persekusi atas Nama Agama

Sebelumnya diwartakan, berdasarkan perjanjian damai AS-Taliban, Washington akan menarik hampir 5.000 tentara dari Afghanistan dan menutup lima pangkalan dalam waktu 135 hari.

Dalam sebuah wawancara dengan televisi Tolo News, utusan khusus AS untuk perdamaian Afghanistan, Zalmay Khalilzad mengatakan, kesepakatan masih harus disetujui oleh Presiden AS Donald Trump, sebelum dapat ditandatangani.

Sebagai imbalan atas penarikan bertahap itu, Taliban akan berkomitmen untuk tidak membiarkan Afghanistan digunakan oleh kelompok-kelompok militan seperti al-Qaeda atau ISIS sebagai pangkalan untuk serangan ke AS dan sekutunya.

Diplomat veteran Afghanistan-Amerika itu menolak mengatakan berapa lama sisa tentara AS yang mencapai sekitar 14.000 akan tetap ada di Afghanistan setelah tahap pertama penarikan, meskipun pejabat Taliban sebelumnya bersikeras bahwa semua pasukan asing harus pergi.

Khalilzad mengatakan, tujuan dari perjanjian itu adalah untuk mengakhiri perang dan hal itu akan mengarah pada pengurangan kekerasan, tetapi tidak ada perjanjian gencatan senjata resmi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: