Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Diusulkan Jadi Wisata Halal, Masyarakat Danau Toba Menolak, Kenapa?

Diusulkan Jadi Wisata Halal, Masyarakat Danau Toba Menolak, Kenapa? Kredit Foto: Antara/Septianda Perdana
Warta Ekonomi, Jakarta -

Beberapa tahun belakangan sejumlah negara kian gencar mempromosikan wisata halal. Tujuannya tentu saja menarik minat wisatawan mancanegara dari negara mayoritas Muslim. Indonesia adalah salah satu negara yang turut mempromosikan wisata halal.

Terbaru Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi memberikan pernyataan bila Danau Toba hendak dijadikan destinasi wisata halal.

Tapi ternyata, pernyataan Edy itu mendapat protes keras dari masyarakat Sumatera Utara. Tak sedikit yang menolak bila Danau Toba dijadikan wisata halal.

Baca Juga: Genjot Wisatawan Danau Toba, Landasan Pacu Bandara Sibisa Segera Diperpanjang

Berdasarkan informasi yang Okezone himpun, Rabu (4/9/2019), sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba sempat melakukan unjuk rasa di depan kantor gubernur pada Senin kemarin. Tak hanya itu, muncul pula petisi menolak wisata halal di kawasan Danau Toba.

Petisi itu dibuat olah Poltak Simanjuntak dan ditujukan ke para pejabat. Mulai dari Presiden Joko Widodo, Gubernur Sumatera Utara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, hingga sejumlah instansi dan lembaga terkait. Dalam petisi, dijabarkan alasan penolakan konsep wisata halal di Danau Toba.

“Danau Toba sebagai anugerah Tuhan bagi Indonesia, bagi Sumatera Utara dan terutama bagi orang-orang Batak yang hidup di sekitarnya, sejak lama sudah menjadi destinasi wisatawan dalam dan luar negeri.

Selama ratusan tahun, tidak ada terdengar kesulitan bagi siapapun, agama apapun, suku bangsa manapun, negara manapun untuk dapat menikmati keindahan Danau Toba.

Khusus umat Muslim yang acap datang sebagai turis lokal maupun dari manca negara, seperti Malaysia, nyaris tak terdengar kesulitan mereka menunaikan salat dan mengakses makanan halal. Walaupun diketahui bahwa warga sekitar Danau Toba beragama Kristen Protestan dan Katolik serta Parmalim.

Orang Batak, penduduk asli setempat, memperlakukan pendatang sebagai "Tondong" (saudara) ataupun "Dongan" (sahabat). Di sana-sini, berkeliaran ternak babi dan anjing.”

Kemudian deskripsi itu mengarah kepada keputusan Edy yang hendak memberlakukan konsep wisata halal. Menurut petisi tersebut, konsep wisata halal melarang pemotongan babi di sembarang tempat di kawasan Danau Toba. Hal itulah yang membuat banyak elemen menolak konsep wisata halal.

“Konsep ini langsung mendapat perlawanan sengit dari berbagai elemen, konsep ini akan menimbulkan stigma baru yang potensial menimbulkan gesekan dan keresahan sosial serta penafian kearifan dan potensi budaya setempat. Jika konsep ini tidak segera dihentikan, maka gelombang penolakan, bahkan konflik horizontal bisa terjadi,” pungkas penjelasan dalam petisi.

Sang pembuat petisi mengharapkan 1.500 orang bersedia menandatangani petisi tersebut. Hingga berita ini dibuat, sebanyak 1.177 orang telah menandatangani petisi tersebut.

Banyak pula yang meninggalkan komentar mengenai pendapat dan alasannya menolak konsep wisata halal di Danau Toba. Salah satunya seorang bernama Sanda Panggabean.

“Hargai perbedaan budaya. Ada adat kebiasaan setempat yang menjadi budaya lokal. Keanekaragaman itu kekayaan,” tulisnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: