Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menkes: Mari Lebih Cerdik Tanggulangi Kanker

Menkes: Mari Lebih Cerdik Tanggulangi Kanker Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berdasar pada hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 diketahui terjadi peningkatan prevalensi kanker yang cukup signifikan, yaitu sebesar 28 persen. Hal itu sejalan dengan beberapa indikator GERMAS belum menunjukkan perbaikan dibandingkan Riskesdas 2013.

Dibutuhkan upaya lebih kuat dalam mendorong implementasi Program Penanggulangan Kanker Nasional terutama upaya promotif dan preventif melalui GERMAS.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mengatakan penyakit kanker adalah salah satu penyakit tidak menular yang perlu diperhatikan bersama. Hal ini dikarenakan, beban epidemiologi dan beban ekonomi yang tinggi.

Baca Juga: Benarkah Kanker Otak pada Anak Kini Ada Obatnya?

Berdasarkan Globocan 2018, di Indonesia jumlah kasus baru kanker sebanyak 348.809 kasus dengan estimasi kematian sebanyak 207.210 jiwa.

Kanker terbanyak pada wanita adalah kanker payudara dengan insidens sebanyak 42,1 per 100 ribu penduduk, diikuti oleh kanker leher rahim dengan insidens sebanyak 23,4 per 100 ribu penduduk.

Sementara untuk pria, sebagian besar menderita kanker paru-paru dan diikuti dengan kanker usus besar.

"Pada pria, kanker terbanyak adalah kanker paru dengan insidens sebanyak 12,4 per 100 ribu penduduk, diikuti oleh kanker kolorektal (usus besar) dengan insidens sebesar 12,1 per 100 ribu penduduk," kata Menkes Nila.

Sementara, dr. Toufan menjelaskan bahwa angka kanker leher rahim di Indonesia masih dapat lebih tinggi dari prediksi-prediksi yang sudah ada.

"Pasien di RSCM sebanyak 70-80 persen menderita kanker leher rahim stadium diatas 2B. Selain itu IVA Test sudah tidak dijamin oleh BPJS, biasa IVA Test Rp25.000, PAP Smear Rp75.000. Eradikasi kanker serviks bisa tercapai apabila cakupan skrining di atas 80 persen," jelas dr. Toufan.

Ketua Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN), Soehartati Gondhowiardjo mengungkapkan bahwa penyebab kanker bermacam-macam. Mulai dari genetik, gaya hidup, sampai lingkungan.

"Perlu upaya-upaya yang melibatkan semua tingkatan sistem kesehatan dari tingkat regional hingga nasional, pemerintahan, organisasi, dan komunitas untuk menjangkau seluruh populasi," ungkap Soehartati.

Kematian akibat kanker dan rasio mortalitas terhadap insidensi yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh keterlambatan diagnosis. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 70 persen pasien kanker didiagnosis pada stadium lanjut.

Keadaan ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait kanker, masih banyak penderita yang mencari perawatan tradisional dan alternatif, kurangnya perlindungan finansial, kurangnya pengetahuan tentang gejala umum dan tanda-tanda kanker di kalangan masyarakat.

Baca Juga: Mengejutkan! Racun Ikan Ini Bisa Bunuh Sel Kanker Serviks

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapi hal tersebut adalah melalui pendekatan kesehatan masyarakat. Pendekatan tersebut difokuskan pada intervensi perubahan perilaku melalui penerapan hidup CERDIK yakni Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

Menkes Nila meyakini bahwa dengan kerja sama semua pihak dan dukungan dari masyarakat program penanggulangan kanker di Indonesia akan berjalan dengan baik dan optimal.

"Marilah kita budayakan tentang pentingnya pencegahan dan deteksi dini kanker dengan perilaku CERDIK untuk mencegah kanker," terang Menkes.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: