Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Murka: Investor Lebih Pilih Vietnam daripada Indonesia, Kenapa?

Jokowi Murka: Investor Lebih Pilih Vietnam daripada Indonesia, Kenapa? Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Banyak investor bisnis yang angkat kaki dari China karena perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang tak kunjung usai. Namun, bukan memilih Indonesia sebagai pelabuhan, para investor justru menjatuhkan hati di Vietnam.

Melihat fakta tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan kekesalannya dalam rapat terbatas pada Rabu (4/8/2019). Ia membandingkan Indonesia dengan Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Malaysia yang kalah saing dalam menarik banyak investor.

Presiden Jokowi mengatakan ada 33 perusahaan keluar dari China. Namun, Indonesia tidak menjadi tujuan pemindahan bisnis mereka. Justru 23 perusahaan dipindahkan ke Vietnam. Menurut Presiden, kegagalan ini terjadi karena adanya persoalan di dalam Indonesia yang perlu diselesaikan.

Baca Juga: Grab Kucurkan Triliunan Rupiah untuk Bisnis di Vietnam

Belakangan ini pertumbuhan ekonomi di negara Vietnam memang sedang bagus-bagusnya. Sejak memberlakukan liberalisasi perdagangan dan mempromosikan diri buat menarik investor, nilai ekspor negara Asia Tenggara ini meningkat.

Jika membandingkan angka pertumbuhan ekonomi Vietnam dan Indonesia, Vietnam jauh lebih mampu menaikkannya di atas 6 persen. Pada Semester I tahun 2018, pertumbuhan ekonomi negara Vietnam tercatat 7,08 persen, paling tinggi di antara negara-negara Asean lainnya.

Kini pada Semester I tahun 2019, negara Vietnam lagi-lagi memimpin dalam hal pertumbuhan ekonomi di antara negara Asean. Kabarnya Negeri Paman Ho ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,76 persen. Lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang tercatat 5,06 persen.

Baca Juga: Netflix Urus Izin Operasi di Vietnam, Mau Produksi Konten Lokal?

Dengan keberhasilan yang dicatatkan tersebut, apa ya sebenarnya yang membuat negara Vietnam dipilih perusahaan sekelas Foxconn, Samsung, dan LG sebagai tujuan relokasi bisnis?

1. Membuat banyak perjanjian perdagangan bebas

Dalam beberapa tahun terakhir, Vietnam diketahui aktif dalam menjalin hubungan bilateral dengan banyak negara di dunia. Dari jalinan hubungan tersebut, Vietnam menyepakati banyak perjanjian perdagangan bebas.

Ditambah lagi Vietnam menandatangani Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dan Vietnam – UE (EVFTA). Kesepakatan-kesepakatan tersebut telah mendorong Vietnam menjadi lingkungan bisnis yang kompetitif.

Apalagi dalam perjanjian-perjanjian tersebut, standar kualitas produk, manufaktur, dan hak-hak karyawan benar-benar dijamin Vietnam. Enggak menutup kemungkinan Vietnam bakal menjadi pusat manufaktur dan basis ekspor.

2. Dekatnya jarak antara China dan Vietnam

Karena perusahaan-perusahaan yang pindah sebelumnya ada di China, para pebisnis melihat Vietnam sebagai tujuan karena lebih dekat dari segi jarak. Apalagi jarak dari pusat manufaktur Cina di Shenzhen ke negara Vietnam gak jauh-jauh amat.

Dengan dekatnya jarak antara China dan Vietnam, pebisnis dapat meminimalkan biaya yang ada. Terus rantai pasokan tetap terjaga karena dekatnya jarak tersebut. Terlebih banyak pabrik di Vietnam yang merupakan milik investor China, Taiwan, dan Korea Selatan sehingga membuat urusan transisi berjalan lancar.

3. Lokasi Vietnam bagus buat rute dan posisi pengiriman regional di Asia

Negara Vietnam memiliki lokasi yang strategis, apalagi buat melakukan pengiriman regional di Asia. Inilah alasannya kenapa banyak investor yang beranggapan kalau Vietnam bagus posisinya buat melakukan ekspor.

Vietnam sendiri diketahui memiliki garis pantai sepanjang 3.200 km dan memiliki sekitar 114 pelabuhan. Tiga pelabuhannya yang terbesar berlokasi di Hai Phong (utara), Da Nang (tengah), dan Saigon (selatan).

Baca Juga: Bersaing dengan Go-Jek dan Be, Grab Perkuat Investasi di Vietnam

Terus Vietnam punya jaringan kereta api yang terhubung dengan China, yaitu Kunming (Cina) – Hai Phong (Vietnam). Jaringan ini digunakan sebagai transportasi kargo.

4. Besaran upah yang rendah

Besaran upah di Vietnam disebut-sebut lebih rendah daripada besaran upah di China. Di negara Vietnam besaran upahnya pada tahun 2019 sekitar US$120 – US$173, dengan besaran tertingginya berada di Kota Hanoi dan Ho Chi Minh.

Jelas aja besaran upah di negeri Paman Ho tersebut merupakan separuhnya dari besaran upah di China. Dibanding Indonesia, selisih besaran upah bisa dibilang sebelas duabelas. Besaran upah di Indonesia berada di rentang US$102,74 – US$257,73.

5. Peran Pemerintah dalam mengambil keputusan strategis

Selain kondisi politik di sana yang stabil, Pemerintah Vietnam dinilai bijak dalam mengambil keputusan strategis yang menjadi kebijakan utama. Kebijakan-kebijakan terkait bisnis dan perburuhan membuat Vietnam mendapat skor tinggi dalam kemudahan berbisnis di laporan World Bank’s Doing Business.

Terus pemerintah di sana juga diketahui aktif dalam menarik banyak investasi, terutama investasi di infrastruktur. Selain itu, investasinya juga difokuskan ke pengembangan zona industri.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: