Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

It Chapter Two: Ngeri dan Masif, Seperti Apa?

It Chapter Two: Ngeri dan Masif, Seperti Apa? Kredit Foto: Vanity Fair
Warta Ekonomi, Jakarta -

It Chapter Two dibuat dengan bujet dua kali lipat dibanding film pertamanya. Hasilnya, departemen visual jadi bagian yang paling mendapat peningkatan dari film sebelumnya.

It Chapter Two bukanlah sekuel dari film pertamanya. Lebih tepatnya, ini adalah bagian kedua dari sebuah kisah utuh tentang para anggota geng pecundang alias Losers Club yang sudah diperkenalkan saat film pertamanya pada 2017 lalu.

Sekadar menyegarkan ingatan, saat ujung film It, ketujuh anggota Losers Club; Bill (Jaeden Lieberher), Mike (Chosen Jacobs), Richie (Finn Wolfhard), Eddie (Jack Dylan Grazer), Beverly (Sophia Lillis), Stanley (Wyatt Oleff), dan Ben (Jeremy Ray Taylor) berjanji dengan tetesan darah mereka untuk kembali ke Derry kalau badut seram Pennywise muncul lagi.

Baca Juga: 10 Artis Hollywood dengan Bayaran Tertinggi, Scarlett Johansson Urutan Pertama

Selain persoalan badut, akhir film juga menyisakan rasa penasaran saat Bill dan Beverly berciuman, sementara Ben yang naksir Beverly dan mengirimkan puisi indah ke gadis itu cuma bisa keki tiap kali melihat keduanya tampak intim.

Lalu, kini, 27 tahun kemudian, apa yang ditakutkan pun kembali. Pennywise muncul lagi di Derry, dan mereka semua harus memenuhi janjinya untuk kembali menantang Pennywise.

Mari kita bicara dulu soal hal-hal yang eksplisit, yaitu visual film, termasuk tampilan para makhluk-makhluknya. Dengan bujet USD60-70 juta (berbanding dengan bujet film pertama yang cuma USD35 juta), It Chapter Two bagai dunia yang nerakanya bocor. Makhluk-makhluk segala rupa dengan tampilan mengerikan bermunculan. Penampakannya mirip dengan setan-setan dalam komik-komik siksa neraka.

Tak cuma Pennywise (Bill Skarsgard) yang terlihat mengerikan, tapi ada juga setan gigi besar, tengkorak bermata besar dan berambut tipis panjang, laba-laba kepala manusia, juga bayi bertubuh hewan dan berkepala manusia lagi. Belum lagi setan manusia yang hobinya menusuk-nusuk orang.

Makhluk-makhluk ini diambil gambarnya dengan jelas, kadang-kadang malah di-close up hingga bikin kita bergidik saat melihatnya di layar bioskop yang sangat lebar dan besar.

Kelihatan sekali, bahwa bujet yang membengkak membuat departemen visual bersorak kegirangan karena mereka bisa berimajinasi dengan liar dalam mewujudkan sosok-sosok seram tersebut.

Di luar tampilan hantu, visual lainnya juga terlihat jauh lebih impresif dibanding film pertamanya. Setting lokasi, scene-scene mendebarkan, semuanya tergambar apik. Lalu bagaimana dengan ceritanya? Yang pasti, film ini bukanlah film horor straight to the point seperti horor ala James Wan.

Diadaptasi dari novel Stephen King (muncul sebagai penjaga toko antik yang dimasuki Bill), film kedua ini makin menegaskan bahwa teror Pennywise sebenarnya hanyalah simbol dari trauma masa kecil yang terus terbawa tanpa sadar hingga dewasa. Bill dewasa (James McAvoy) masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas peristiwa kematian adiknya.

Beverly (Jessica Chastain) masih trauma dengan perilaku ayahnya. Richie (Bill Hader) dan Ben (Jay Ryan) masih ingat betul dengan perundungan yang mereka alami. Eddie (James Ransone) dan Stanley (Andy Bean) masih jadi sosok yang penakut dan terlalu banyak berpikir. Sementara Mike (Isaiah Mustafa) juga masih trauma atas peristiwa tragis yang menimpa keluarganya.

Baca Juga: Aktor Ikonik Hollywood Ini Bocorkan Soal The Rise of Skywalker, Katanya...

Kembali ke Derry dan menghadapi Pennywise untuk kedua kalinya adalah sebuah metafora untuk kembali menantang masa lalu demi menyembuhkan luka lama, langsung di tempat asalnya. Yang membuat cerita ini lebih enak dinikmati, film melakukan aksi balik-balik (flashback) berulang kali. Jadi kita masih bisa bertemu dengan para pemain remaja dalam film pertama.

Selain itu, flashback ini juga sepertinya diniatkan untuk memancing efek drama, baik yang lucu maupun yang haru dari kisah hidup anggota Losers Club. Hubungan Richie dan Eddie yang bagai Tom dan Jerry, 'cinta segitiga' Bill-Beverly-Ben, membuat penonton bisa tertawa-tawa di tengah teror para hantu.

Bahkan, penonton bisa juga mendadak sendu dengan beberapa adegan yang mengharukan. Dengan visual yang lebih nendang, cerita yang penuh simbol, dan kekuatan akting segenap pemainnya, It Chapter Two bisa jadi tontonan seru, sekaligus bermakna.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: