Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

3 Kunci Ini Dorong Eksplorasi Baru dan Optimalisasi Produksi Migas di Indonesia

3 Kunci Ini Dorong Eksplorasi Baru dan Optimalisasi Produksi Migas di Indonesia Kredit Foto: Reuters/Ernest Scheyder
Warta Ekonomi, Jakarta -

Baker Hughes (BHGE) meyakini bahwa ketahanan energi Indonesia dalam jangka panjang dapat didorong oleh penggunaan teknologi digital canggih yang dirancang untuk mengurangi total biaya, meningkatkan produktivitas, serta menurunkan biaya modal dan operasional.

Berbagai solusi inilah yang dipamerkan pada IPA Convex 2019 bersama dengan berbagai pengalaman BHGE yang telah terbukti dalam industri minyak dan gas Indonesia.

Untuk pertama kalinya di Indonesia, BHGE meluncurkan mata bor adaptif TerrAdapt, mata bor dengan umur yang lebih panjang Dynamus dan Fast Track Prism untuk menganalisis fluida dan pengambilan sampel pemboran, di IPA Convex 2019.

Tiga peralatan pemboran khusus ini dikembangkan dengan menggabungkan teknologi digital dengan teknik manufaktur canggih untuk mengurangi risiko dan memberikan solusi yang lebih efisien, lebih produktif, dan lebih dapat diprediksi.

Iwan Chandra, Presiden BHGE Indonesia, mengatakan, "Produktivitas dan efisiensi adalah tantangan industri minyak dan gas saat ini, baik untuk proyek onshore maupun offshore. Bagi industri minyak, penting untuk menghemat biaya eksplorasi dan produksi terlepas dari naik turunnya harga minyak dunia. Hal ini mengurangi waktu non-produktif secara berkelanjutan, biaya per barel yang lebih rendah, serta recovery rate yang lebih tinggi."

Baca Juga: Eksplorasi dan Optimasi Produksi Migas untuk Ketahanan Energi Indonesia

Pendekatan BHGE untuk membantu industri minyak dan gas bergerak maju dan beradaptasi dalam jangka 20 tahun ke depan ialah melalui implementasi strategi "50-50-50" untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, dan memanfaatkan skala ekonomi untuk menciptakan keuntungan industri yang lebih tinggi serta dengan jejak karbon yang lebih rendah.

"50" pertama ialah mengurangi total biaya industri dengan meningkatkan efisiensi, mengurangi waktu siklus, serta meningkatkan pemanfaatan aset dan ketahanan peralatan yang digunakan.

Menjawab tantangan ini, BHGE telah mengembangkan Aptara Totex-lite, sistem bawah laut yang menawarkan lebih banyak opsi kepada operator untuk mengganti peralatan yang sudah tua.

"50" yang kedua mengacu pada peningkatan produktivitas melalui solusi terintegrasi yang dapat mengurangi capex dan opex, mendorong peningkatan produktivitas, dan mengurangi waktu non-produktif.

Berbagai tantangan ini telah menyatukan kekuatan dari seluruh elemen BHGE. Hal inilah yang kemudian melahirkan Subsea Connect, rangkaian kombinasi produk yang dapat menurunkan biaya pengembangan proyek bawah laut hingga 30%. Aptara Totex-lite dan Subsea Connect telah diluncurkan di Indonesia pada awal tahun ini.

"50" yang ketiga menggarisbawahi kemampuan BHGE yang mencakup industri hulu sampai hilir (fullstream). Dengan memanfaatkan jajaran produk dan layanan yang lengkap serta mendorong perbaikan yang drastis melalui konsep-konsep baru sampai ke tingkatan proyek, BHGE mengembangkan model komersial bersama pelanggan untuk meningkatkan keuntungan.

Iwan melanjutkan, "Kami bermitra dengan pelanggan kami lebih awal untuk memahami tantangan yang dihadapi dan hasil yang diinginkan, selain itu, mampu menciptakan pendekatan yang fokus pada hasil dan model komersial yang cocok dengan berbagai tantangan yang dihadapi. Kami siap menerapkan strategi 50-50-50 ini di Indonesia untuk optimalisasi sumur-sumur tua, baik di lokasi onshore maupun offshore."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: