Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Usai Gagal, ISRO-India Ajak JAXA-Jepang untuk Misi ke Bulan

Usai Gagal, ISRO-India Ajak JAXA-Jepang untuk Misi ke Bulan Kredit Foto: (Foto/ISRO)
Warta Ekonomi, New Delhi -

Badan Penelitian Antariksa India (ISRO) akan meluncurkan program penjelajahan ke bulan yang lebih besar dan lebih baik. Pernyataan itu muncul setelah kegagalan program Chandrayaan-2 yang mengalami hilang kontak. Misi India itu termasuk untuk membawa sampel dari kawasan kutub bulan.

Pada misi selanjutnya, India akan bekerja sama dengan Badan Eskplorasi Antariksa Jepang (JAXA). 

"ISRO dan JAXA akan melaksanakan kajian fisiabilitas untuk merealisasikan misi satelit bersama mengeksplorasi kawasan kutub bulan," demikian keterangan ISRO dilansir India Times.

Baca Juga: Pesawat Tak Berawak India Hilang Kontak saat Pendaratan di Bulan

Perdana Menteri (PM) India Manmohan Singh pada September 2008 mengatakan bahwa Chandrayaan-2 awalnya merupakan kerja sama antara India dan badan antariksa Rusia Roscosmos. Namun, ISRO memutuskan untuk menjalankan proyek sendiri pada 2012.

Lantas untuk proyek kedepannya, JAXA melakukan proyek eksplorasi asteroid Hayabusa2 yang sukses melakukan pendaratan kedua di asteroid pada Juli lalu. Nantinya, misi ISRO-JAXA sepertinya akan diimplementasikan pada 2024.

Sebelumnya India pernah mengajukan proyek misi mengirimkan misi penerbangan manusia ke antariksa pada 2022. Sebenarnya, misi Jepang-India pertama kali diumumkan ke publik pada 2017. Perkembangan terbaru, ISRO berhasil mengidentifikasi lokasi Viram, robot pendarat Chandrayaan-2 di permukaan bulan sehari sebelum kehilangan kontak dengan wahana utama.

ISRO kini mencoba membangun kontak dengan Virkram. Namun, hingga kemarin belum ada proses komunikasi yang terjadi. Vikram berhasil diketahui posisinya dari orbiter Chandrayaan-2 yang tetap aman. Obiter tersebut berhasil mendeteksi citra panas dari pendarat Vikram.

"ISRO berhasil mengetahui lokasi pendarat Vikram dari orbiter," kata kepala ISRO, K Sivan, dilansir India Today.

Sebelumnya, Sivan mengungkapkan pernyataan dukungan dari PM Modi dan bangsa India untuk mendukung program misi ke bulan mampu memberikan dukungan moral bagi para ilmuwan ISRO.

"Kita sangat senang dengan hal itu. Itu meningkatkan moral rakyat kita," imbuh Sivan.

Pendaratan modul pendarat Vikram dari Chandrayaan-2 sebenarnya tidak sesuai rencana. Itu mengakibatkan kehilangan komunikasi. ISRO juga akan menginvestigasi penyebab yang mengakibatkan kehilangan komunikasi dengan Vikram. Sumber ISRO mengungkapkan, itu bisa disebabkan faktor sensor data di dalam Vikram.

Baca Juga: Pakistan Komentari Misi Antariksa India: Mendarat di Mumbai, Bukan di Bulan

Di tengah kegagalan Chandrayaan-2, misi India ke bulan tersebut tetap dipuji banyak pihak, salah satunya Badan Antariksa AS (NASA). NASA mengajak India untuk bersama-sama mengeksplorasi sistem tata surya.

"Antariksa itu sulit. Kita menghormati upaya ISRO untuk mendaratkan misi Chandrayaan-2 di kutub selatan Bulan," kata Badan Antariksa dan Aeronautika Nasional (NASA) dalam tweet-nya.

NASA mengungkapkan program Chandrayaan-2 mampu menginspirasi banyak orang di dunia karena pertualangan dan kesempatan masa depan untuk mengeksplorasi antariksa bersama-sama.

Seorang pejabat pemerintahan Amerika Serikat (AS), Pelaksa Asisten Menteri Luar Negeri untuk Asia Tengah dan Selatan, Alice G Wells, mengungkapkan langkah ISRO tersebut sebagai upaya yang luar biasa.

"Itu merupakan misi besar dan maju bagi India. Misi itu harus dilanjutkan untuk menghasilkan data bernilai untuk menguatkan perkembangan ilmiah," katanya.

Dia mengungkapkan AS tidak ragu kalau India mampu mewujudkan inspirasi dan prestasi di antariksa.

Mantan astronot NASA Jerry Linenger mengungkapkan pelajaran yang didapat dari India adalah langkah untuk melakukan pendaratan halus modul Vikram di permukaan bulan. Itu harus diwujudkan untuk misi lanjutan.

"India telah melakukan sesuatu yang sangat sulit. Namun, semuanya sesua rencana untuk mendaratkan pendarat di bulan," kata Linenger kepada PTI.

Sebelumnya, India sukses meluncurkan misi kedua ke bulan setelah sepekan mengalami penundaan karena faktor teknis pada 22 Juli lalu. India masih sangat berharap misi senilai USD150 juta (Rp2,1 triliun) tersebut.

"Itu adalah awal dari petualangan sejarah India menuju bulan," kata Sivan. 

Misi tersebut sebenarnya untuk mencari air di bulan dengan radar. Sedangkan Chandrayaan-2 akan mencoba menjelajah kutub selatan bulan. Misi kedua fokus menjelajah permukaan bulan, mencari air dan mineral, serta mengukur gempa di bulan. India menggunakan roket berkekuatan penuh, yakni Geosynchronous Satellite Launch Vehicle Mark III (GSLV Mk-III) pada misi ini. Wahana antariksa itu memiliki berat 640 ton atau 1,5 kali lebih berat dibandingkan pesawat jumbo 747.

Roket tersebut memiliki ketinggian 44 meter atau setara dengan gedung 14 lantai. Wahana antariksa memiliki berat 2.379 kg dengan tiga bagian terpisah, yakni orbiter, pendarat, dan penjelajah. Orbiter memiliki masa hingga satu tahun dan bertugas mengambil gambar di permukaan bulan. Sedangkan pendarat bertugas mencari sampel air dan tanah di bulan.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: