Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Habibie Wafat, Warga Timor Timur Pro NKRI Ikut Berduka

Habibie Wafat, Warga Timor Timur Pro NKRI Ikut Berduka Kredit Foto: Antara/Audy MA
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mantan Juru Bicara Pro Otonomi Timor Timur, Florencio Mario Vieira mengatakan warga Timtim pro NKRI yang kini menetap di Indonesia pasti memaafkan dan mendoakan almarhum BJ Habibie yang wafat kemarin sore di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Mario mengatakan demikian tak lepas dari keputusan Habibie saat menjabat Presiden RI pada 1998-1999 yang melakukan referendum atau jajak pendapat yang berujung lepasnya Timor Timur dari Indonesia dan menjadi negara dengan nama Timor Leste.

Mario mengatakan keputusan Habibie melaksanakan jajak pendapat di Timur Timur bagi pihak pro kemerdekaan pasti gembira, sedangkan yang pro Indonesia pasti merasa kecewa.

"Tetapi sebagai warga Timur Timur pro NKRI yang menetap di Indonesia pasti memaafkan dan mendoakan almarhum BJ Habibie," kata Mario di Kupang, Kamis (12/9).

Baca Juga: Cerita SBY : Setelah Ibu Ani Wafat, Hubungannya dengan Habibie Makin Dekat

Baca Juga: Ini Aset dan Harta Peninggalan BJ Habibie

Menurut Mario peran Habibie sangat penting dalam sejarah Timor Leste karena melalui keputusannya tentang referendum itu. Saat itu memang tak semua warga Timor Timur yang ingin berpisah dari Indonesia.

Warga pro NKRI kala itu pasti merasa kecewa dengan keputusan Habibie. Karena hasil akhir referendum berdampak terhadap ratusan ribu orang pro NKRI yang terpaksa meninggalkan bumi Loro Sae dan tinggal di kamp-kamp pengungsian.

Hidup di luar tanah kelahiran, banyak warga eks Timor Timur akhirnya memilih bergabung ke NKRI. Mereka menjadi warga negara Indonesia dan menerima kenyataan hidup setelah sempat berada dalam ketidakpastian.

Namun kata dia, sebagai mayoritas beragama Katolik, warga Timor Timur pro NKRI yang menetap di Indonesia pasti tetap memberikan maaf dan mendoakan Habibie.

Dia menambahkan, dari aspek demokratis, keputusan referendum layak disebut demokratis, namun momentum pengambilan keputusannya yang kurang tepat.

"Momentumnya kurang tepat atau terburu-buru sehingga hasilnya chaos besar-besaran dan berdampak pada banyaknya korban di kedua belah pihak," kata Mario Viera.

Bahkan chaos tersebut sampai membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengembargo Indonesia. (Antara)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: