Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Update: Sentimen Domestik Tak Ampuh, Rupiah Bertahan Jadi Juara. . . .

Update: Sentimen Domestik Tak Ampuh, Rupiah Bertahan Jadi Juara. . . . Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah konsisten menjadi juara mata uang terbawah di Asia dan dunia. Bahkan, sentimen domestik berupa surplus neraca pembayaran senilai US$85,1 juta pun tak ampuh untuk menyelamatkan rupiah dari tekanan global.

Baca Juga: Timur Tengah Diserang, Rupiah Menjerit!

Terhitung hingga pukul 15.03 WIB, dolar AS membuat rupiah tertekan hingga 0,56% ke level Rp14.040. Begitu pun juga dengan dolar Australia, euro, dan poundsterling yang turut menekan rupiah masing-masing sebesar 0,54%, 0,52%, dan 0,22%. 

Baca Juga: Bank Milik Hary Tanoe Jadi Bos Baru Hotel dan Apartemen Malioboro City Regency!

Benar saja, selain ditekan oleh sentimen global berupa ketegangan antara Timur Tengah dan Iran, rupiah juga tertekan secara teknikal. Bagaimanapun, beberapa waktu lalu rupiah sempat berjaya dan mencatatkan akumulasi penguatan hingga 1,35%. Hal itulah yang kemudian memicu pelaku pasar untuk mencairkan keuntungan dengan cara melepas mata uang Garuda. 

Baca Juga: Eropa-Trump Jadi Amunisi Rupiah, Dolar AS Dibombardir Tanpa Ampun!

Alhasil, rupiah bahkan tak punya cukup tenaga untuk berdiri kokoh di kandang sendiri, yakni Asia. Sebab, hingga sore ini, rupiah masih berada di klasemen terbawah di jajaran mata uang Benua Kuning. 

Mata uang yen masih menjadi mata yang Asia yang menguat paling tinggi terhadap rupiah, yakni hingga 0,79%. Setelah yen, depresiasi rupiah juga berasal dari dolar Taiwan (-0,73%), dolar Hongkong (-0,56%), dolar Singapura (-0,53%), baht (-0,46%), ringgit (-0,27%), won (-0,17%), dan yuan (-0,15%). 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: