Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Neraca Perdagangan Agustus 2019 Surplus, Bukti Ekonomi RI Masih Tahan Banting

Neraca Perdagangan Agustus 2019 Surplus, Bukti Ekonomi RI Masih Tahan Banting Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2019 mengalami surplus US$0,09 miliar. Posisi ini berbalik arah setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit US$0,06 miliar.

BI sendiri memandang surplus neraca perdagangan pada Agustus 2019 positif dalam memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia di tengah kondisi global yang kurang menguntungkan.

"Pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas yang terus menurun memberikan pengaruh pada kinerja neraca perdagangan Indonesia," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko di Jakarta, Senin (16/9/2019).

Untuk diketahui, surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan penurunan impor nonmigas. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor migas, meskipun kinerja impor migas juga menurun.

Baca Juga: Neraca Perdagangan Agustus Surplus US$85,1 Juta

Onny menjelaskan, neraca perdagangan nonmigas pada Agustus 2019 tercatat surplus US$0,84 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$0,08 miliar.

"Perkembangan ini dipengaruhi penurunan impor nonmigas, terutama bahan baku/penolong dan barang modal, sejalan dengan aktivitas investasi nonbangunan dan ekspor yang belum kuat," katanya.

Sementara itu, ekspor nonmigas belum membaik, dipengaruhi kondisi perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas yang terus menurun di tengah ekspor nonmigas ke negara Asean, terutama ekspor produk manufaktur yang meningkat.

Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas pada Agustus 2019 meningkat menjadi sebesar US$0,76 miliar, lebih tinggi dari defisit pada bulan sebelumnya sebesar US$0,14 miliar.

Kondisi tersebut tidak terlepas dari dampak penurunan ekspor migas sejalan dengan harga minyak yang menurun. Sementara itu, impor migas menurun terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya harga impor baik barang mentah maupun hasil olahan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: