Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memanfaatkan Energi Terbarukan, Mewujudkan Praktik Tambang Berkelanjutan

Memanfaatkan Energi Terbarukan, Mewujudkan Praktik Tambang Berkelanjutan Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memanfaatkan potensi sumber daya air yang melimpah di Blok Sorowako menjadi salah satu bukti komitmen Vale Indonesia dalam mewujudkan praktik tambang berkelanjutan di Indonesia.

Salah seorang pekerja PT Vale Indonesia Tbk tampak serius memantau pergerakan air melalui layar monitor komputer yang berada di ruang operator (control room) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Balambano, Sorowako, Sulawesi Selatan. Melalui layar-layar monitor, ia memastikan pengaturan tegangan dan debir air ke generator berjalan dengan normal.

Kedisiplinan dan kesiapsiagan terpancar dari sikap para karyawan Vale Indonesia yang bertugas di PLTA Balambano. Hal itu memang diperlukan karena para karyawan yang bekerja di PLTA ini dituntut untuk mengutamakan aspek keselamatan dan keamanan.

Instructor Hydro Operation PLTA Balambano, Sukardi Nurlang, menjelaskan PLTA Balambano berada di Blok Sorowako yang merupakan wilayah Patahan/Sesar Matano sehingga kerap terjadi gempa. Selain itu, PLTA Balambano sudah beroperasi sejak tahun 1999 silam sehingga telah berusia tidak lagi muda.

"Tantangannya adalah bagaimana menjaga aspek keamanan konstruksi. Sehingga perlu ada upaya-upaya perawatan dan perbaikan yang berkelanjutan untuk menjaga aspek keamanan fasilitas tersebut," katanya kepada Warta Ekonomi, beberapa waktu lalu.

Selain PLTA Balambano, Vale Indonesia masih memiliki dua PLTA lain yakni PLTA Larona yang beroperasi tahun 1979 dan PLTA Karebbe yang beroperasi tahun 2011.

Presiden Direktur Vale Indonesia, Nico Kanter, memastikan konstruksi PLTA milik Vale Indonesia telah memenuhi ketentuan keamanan bendungan dan secara rutin dilakukan monitoring dan inspeksi fisik.

Guna menguatkan konstruksi PLTA dan DAM tersebut, pada tahun 2019 ini Vale Indonesia mengeksekusi dua project khusus yakni DAM Batubesi Strengthening (penguatan DAM Batubesi) investasi senilai US$12 juta dan canal wall strengthening (penguatan dinding kanal) investasi senilai US$10 juta.

"Dua proyek ini juga upaya Vale sejalan dengan arahan terbaru pemerintah terkait prediksi pergerakan batuan dasar pasca-gempa sekaligus meningkatkan aspek keamanan bendungan. Dari sebelumnya, angka percepatan pergerakan batuan dasar pasca-gempa dihitung hanya sebesar 0,2g earthquake. Kemudian diperbarui naik menjadi 0,4g earthquake. Jadi proyek ini dirancang agar sesuai dengan standar terbaru tersebut," katanya kepada Warta Ekonomi.

Ia menjelaskan bahwa dalam aspek persiapan kesiapsiagaan bencana, Vale Indonesia telah menggelar simulasi rencana tindak darurat Seri Sungai Larona bersama pemerintah dan masyarakat pada Desember 2018 silam. RTD ini merupakan bagian dari ketentuan yang harus dipenuhi Vale karena memiliki dan mengoperasikan DAM dan PLTA.

"Vale juga membangun sejumlah fasilitas flood warning system di area permukiman di radius aliran Sungai Larona sebagai upaya memonitor luapan air dan potensi banjir di aliran sungai tersebut," tegasnya.

Memberikan Banyak Manfaat

Nico Kanter menjelaskan Vale Indonesia memiliki komitmen untuk mewujudkan praktik green mining sehingga selalu berupaya untuk memanfaatkan energi terbarukan yang ramah lingkungan dalam kegiatan operasional perseroan. Hal inilah yang mendasari Vale Indonesia melakukan pemanfaatan potensi sumber daya air yang melimpah di Blok Sorowako sehingga dapat menghasilkan listrik nol emisi.

Untuk sumber tenaga, PLTA mendapatkan dari tiga danau yang berada di Luwu Timur, yakni Matano, Mahalona, dan Towuti yang mengalirkan air melalui Sungai Larona menuju turbin. Sedangkan untuk mengontrol level air Danau Matano, diatur melalui pintu-pintu air Petea. Bangunan ini terdiri atas 6 set pintu air yang dioperasikan secara manual berdasarkan kondisi level Danau Matano dan Towuti.

Ketiga PLTA milik Vale Indonesia berfungsi sebagai pamasok tenaga listrik untuk mengoperasikan furnace (tanur peleburan dan pengolahan bijih nikel) di pusat pengolahan (process plant) di Sorowako.

Di sisi lain, ketiga PLTA juga berfungsi sebagai bangunan pengendali banjir melalui sistem kontrol di pintu-pintu air tersebut. Hal itu diketahui bila curah hujan tinggi, debit air sungai dapat meluap dan dapat berdampak pada pemilik area pertanian di daerah hulu.

Dari sisi operasional, Nico Kanter menegaskan pengoperasian PLTA merupakan salah satu langkah strategis yang dilakukan oleh perseroan dalam memenuhi kebutuhan listrik bagi proses produksi dan kegiatan penunjang.

"Pengoperasian PLTA membuat Vale mampu menekan biaya produksi nikel dalam matte sehingga tetap dapat bertahan dari pengaruh volatilitas harga nikel dunia. Manfaat lain adalah reduksi emisi karbon yang signifikan sehingga Vale turut berkontribusi pada upaya bersama untuk meminimalkan emisi gas rumah kaca (GRK)," paparnya.

Dari sisi operasional sebagai fasilitas pembangkit listrik, ia menjelaskan Vale Indonesia ditantang untuk mampu menjaga power listrik yang dihasilkan tetap stabil sesuai dengan kebutuhan pabrik pengolahan.

Sebelumnya untuk mencapai power maksimal tersebut, Vale Indonesia kerap tergantung pada level dan lancarnya aliran di Sungai Larona yang masuk ke fasilitas perseroan yakni DAM Batubesi dan PLTA Larona sebagai hulu dari tiga PLTA.

"Namun saat ini tantangan tersebut terkurangi karena kami telah memperbaiki kanal PLTA Larona melalui Larona Canal Lining Project dengan investasi sebesar US$50 juta yang dapat memaksimalkan aliran air sehingga power yang dihasilkan pembangkit dapat stabil maksimal," terangnya.

Nico Kanter menyampaikan bahwa ketiga PLTA milik Vale Indonesia mampu menghasilkan total daya listrik mencapai 365 megawatt (MW).

"Sebagian dari listrik yang dihasilkan, didistribusikan kepada masyarakat yang berlokasi di Sorowako melalui PT PLN (Persero)," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: