Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penerapan AI dan Bagaimana Menghadapinya

Penerapan AI dan Bagaimana Menghadapinya Kredit Foto: Bernadinus Adi Pramudita
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki era revolusi industri keempat atau yang biasa disebut industri 4.0, tren yang sedang berkembang selain penerapan daring, adalah penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Penerapan kecerdasan buatan sendiri menimbulkan pertanyaan besar; apakah mesin akan mulai menggantikan manusia?

Menjawab pertanyaan tersebut, Head of Department of Economic Central for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, Yose Rizal Damuri menyebut ada tiga keahlian yang diperlukan seseorang yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan.

"Critical thinking, innovative thinking, dan satu lagi creative thinking. Tiga hal ini sangat diperlukan," ujar Yose ketika ditemui di sela-sela acara Youth Dialog yang digelar di Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Baca Juga: Kecerdasan Buatan Hingga Mobil Self-Driving Unjuk Gigi dalam Dubai IT Fair

Tiga keahlian tersebut disebut Yose belum banyak dimiliki oleh kebanyakan pekerja di Indonesia. Lanjutnya, Yose memaparkan hasil studi keahlian matematika dasar pada populasi yang berusia 18 tahun di Indonesia.

Keahlian matematika dasar tersebut diuji dengan menjawab pertanyaan sederhana seperti 'berapa sepertiga dikurangi seperenam?'. Menurut Yose, tidak banyak yang mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan benar.

"Studi itu menunjukkan untuk populasi 18 tahun, hanya 9 persen yang menjawab benar," paparnya.

Menurut Yose, kesiapan pekerja di Indonesia masih belum memadai jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Kecerdasan buatan sendiri kini sudah mampu menggantikan pekerjaan-pekerjaan manusia yang dinilai repetitif.

Senada dengan Yose, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebut bahwa pekerjaan yang repetitif di era sekarang sudah bisa digantikan oleh kecerdasan buatan. 

"Kalau kita lihat, bank itu sekarang sudah pakai chatbot, tidak pakai lagi customer service," kata Rudiantara usai menghadiri Youth Dialogue di Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Meski demikian, Rudiantara menyebut Pemerintah Indonesia tidak hanya diam dan membiarkan sumber daya manusianya perlahan digantikan oleh kecerdasan buatan. Sejumlah program pemerintah disebut Rudiantara sudah disiapkan untuk masyarakat Indonesia agar lebih kompetitif di era industri 4.0.

"Tahun depan program kartu pra-kerja sudah jalan. Artinya apa, untuk menyiapkan juga masyarakat Indonesia yang belum bekerja, belum masuk ke dunia kerja nanti diberi pelatihan. Bahkan bisa memilih pelatihan-pelatihan yang cocok. Bisa offline, bisa online," katanya.

Baca Juga: Menkominfo Mengaku Tidak Terlalu Terkesan dengan Robot AI Bernama Sophia, Kenapa?

Rudiantara juga menyebut bahwa Kemenkominfo saat ini memiliki 25 ribu digital talent yang diberikan pelatihan khusus tentang keterampilan di bidang digital dan nanti akan disertifikasi oleh Google.

"Yang belajar cloud computing, ya (belajar) cloud computing. Yang belajar IoT (Internet of Things), ya IoT," katanya.

Penggantian tenaga manusia dengan kecerdasan buatan bukan hanya sekali terjadi. Belum lama ini, perusahaan startup dengan kategori unicorn berbasis di India, Zomato, memberhentikan 540 pegawainya. Pemberhentian pegawainya dikarenakan perusahaan tersebut sudah melakukan otomatisasi menggunakan kecerdasan buatan untuk bagian customer support.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: