Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menperin Tarik Investor Negeri Gingseng Tanam Duit di Sektor Manufaktur RI

Menperin Tarik Investor Negeri Gingseng Tanam Duit di Sektor Manufaktur RI Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif menarik investor Korea Selatan untuk menanamkan modalnya di Indonesia agar bisa memperkuat struktur sektor manufaktur di dalam negeri. Langkah ini sekaligus akan memacu daya saing industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

"Korea adalah salah satu top 10 investor di Indonesia. Mereka punya industri yang potensial, khususnya sektor manufaktur," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech pada Indonesia-Korea Conference 2019: Charting A Blueprint for Robust Partnership di Jakarta, Rabu (18/9/2019).

Menperin menyebutkan, sejumlah investor Korsel di sektor industri telah menggelontorkan dananya di Indonesia. Investor yang masuk berasal dari sektor-sektor yang sedang diprioritaskan pengembangannya oleh pemerintah berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.

Baca Juga: Jepang-Korsel Bersitegang, AS Khawatir, Ada Apa?

"Ada beberapa industri besar seperti Posco di sektor industri baja, dan Lotte Chemical di industri kimia yang berinvestasi sekitar US$3,5 miliar," ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Korsel merupakan investor terbesar ke-8 di Indonesia pada kuartal I 2019. Total realisasi investasi dari Negeri Ginseng sejak 2014 sampai triwulan I 2019 mencapai US$7,3 miliar. Sementara itu, realisasi investasi sepanjang 2018 sebesar US$1,6 miliar.

Investasi mereka didominasi sektor industri mesin dan elektronik (15%), pertambangan (13%), gas dan air (9%), industri sepatu (8%), serta industri karet dan plastik (8%).

"Ada beberapa sektor lagi yang akan masuk. Apalagi untuk elektronika, pangsa pasar produk Korea juga cukup besar di Indonesia," ujar Airlangga.

Oleh karena itu, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo bertekad untuk semakin menciptakan iklim investasi yang kondusif, memberikan kemudahan izin usaha, serta memfasilitasi insentif fiskal dan nonfiskal.

"Dengan demikian, pemerintah akan terus dorong dan fasilitasi bahwa klaster industri Korea ke depan perlu kita tarik," tandasnya.

Sebab, menurut Menperin, peningkatan investasi merupakan kunci untuk menciptakan lompatan dan terobosan dalam mewujudkan visi Indonesia maju dan sejahtera.

Upaya tersebut sejalan dengan program prioritas dalam Making Indonesia 4.0 untuk kesiapan diri memasuki era industri 4.0. Terutama yang berkaitan dengan pengembangan lima sektor andalan, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri elektronika, serta industri kimia.

"Maka investasi terus kami pacu sehingga akan menggenjot kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor. Selain itu, dapat menghasilkan substitusi impor," ungkapnya.

Penerapan industri 4.0 ini tidak hanya menyasar sektor skala besar, melainkan juga industri kecil dan menengah (IKM) dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitasnya secara lebih efisien.

Airlangga menambahkan, peningkatan investasi juga dapat menjaga kestabilan perekonomian nasional di tengah kondisi ekonomi global yang belum menentu akibat adanya perang dagang.

"Kuncinya adalah FDI (Foreign Direct Investment). Seperti yang disampaikan Pak Dino Patti Djalal dan Dubes Korea, bahwa Indonesia menjadi prioritas dari new southern policy dari Korea," paparnya.

Baca Juga: Grup Keuangan Korsel Guyur Rp350,55 M ke Indonesia untuk ...

Sementara itu, Menperin menilai upaya percepatan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) akan mempermudah kerja sama di sektor industri bagi kedua negara.

"IK-CEPA tentu akan memudahkan sektor industri membangun value chain. IK-CEPA juga diharapkan memudahkan pelaku industri komponen dalam negeri berperan dalam global value chain," terangnya.

Airlangga pun menyampaikan, IK-CEPA akan memengaruhi kerja sama perdagangan dua arah agar saling menguntungkan.

"Apalagi, ketika melakukan kunjungan kerja ke Korea, Bapak Presiden Joko Widodo menargetkan nilai perdagangan kedua negara menjadi US$30 miliar di 2022 atau naik dari yang sekarang sekitar US$18,6 miliar," tuturnya.

Pada 2017, neraca perdagangan RI-Korsel mengalami surplus sebesar US$78 juta dari total nilai perdagangan yang mencapai US$17 miliar. Tahun lalu, telah ditandatangani sejumlah MoU dengan potensi investasi sebesar US$D6,2 miliar dalam rangkaian acara Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: