Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Desa Agribisnis Mandiri, Pangkas Rantai Distribusi Tengkulak

Desa Agribisnis Mandiri, Pangkas Rantai Distribusi Tengkulak Kredit Foto: Yosi Winosa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Salah satu tantangan utama petani di perdesaan adalah panjangnya mata rantai pengolahan dan distribusi gabah, akibat ulah tengkulak yang banyak mengambil keuntungan. Petani tidak punya kekuatan untuk menguasai mata rantai distribusi, karena tidak memiliki akses terhadap modal, teknologi, dan juga pengetahuan yang cukup.

Akibatnya, harga jual gabah petani pada musim panen terkadang rendah akibat pasokan melimpah, sementara petani belum bisa secara mandiri mengolah gabah terlebih dahulu.

Melihat kondisi tersebut, para petani di Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang merupakan daerah lumbung pangan, ingin mengolah hasil panen mereka sendiri serta menjualnya kepada masyarakat secara langsung, agar mendapatkan pendapatan lebih dari pengolahan hasil panen.

Baca Juga: Kementan Ajak Investor Ambil Peluang di 4 Jenis Usaha Agribisnis

Cita-cita dan keinginan para petani Desa Argomulyo, akhirnya mulai terwujud dengan hadirnya Program Jaminan Pangan Masyarakat (JAPANGMAS), yang diinisiasi TBBM Rewulu, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV. Program yang bertujuan membangun Desa Agribisnis Mandiri ini, diluncurkan di Rumah Produksi Benih Padi dan Kelompok Tani Boga Lestari, di Desa Argomulyo, pada (10/05/2018)

Operation Head Terminal BBM Rewulu, Rahmad Febriadi, mengatakan, untuk menyukseskan Desa Agribisnis Mandiri, Pertamina  mengucurkan dana Rp200 juta – 300 juta per tahun. Program ini dijalankan dengan kolaborasi antara TBBM Rewulu, Joglo Tani dan kelompok tani Desa Argomulyo.

“Dana CSR tersebut, antara lain digunakan untuk pembangunan dan perluasan tempat penjemuran gabah, pembelian mesin giling padi, pengemasan beras hingga distribusi beras ke masyarakat,” kata dia baru-baru ini.

Dengan pengelolaan gabah secara mandiri oleh petani, seluruh keuntungan dari proses pengolahan dan distribusi yang sebelumnya diraup tengkulak dan juragan, kini sepenuhnya dinikmati para petani.

Baca Juga: Kementan Dorong Startup Agribisnis Tingkatkan Produktivitas dan Kesejahteraan Petani

“Para petani bisa menikmati harga gabah sesuai harga pasar bahkan lebih tinggi 10 persen. Sementara harga jual beras, karena terpotongnya mata rantai distribusi tengkulak, juga menjadi lebih murah hingga 13 persen,” tambah Rahmad. 

Desa Agribisnis Mandiri, merupakan salah satu proyek percontohan TBBM Rewulu yang disinergikan dengan program CSR lainnya yakni Program Mandiri Benih, Program Pengembangan Kebun Bibit Tanaman Sayur dan Hortikultura serta Program Pembuatan Pupuk Organik bagi Kelompok Tani dan Masyarakat.

Program ini terus disinergikan dan dilaksankan secara berkelanjutan, serta akan terus dikembangkan di desa lain yang menjadi sentra produksi pertanian. Hal ini sebagai upaya Pertamina meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar wilayah operasi. Program CSR yang berkelanjutan juga merupakan upaya TBBM Rewulu untuk mempertahankan dan meningkatkan Proper Emas yang telah diraih selama 6 tahun berturut-turut, sejak 2013 – 2018. 

TBBM Rewulu merupakan salah satu dari tujuh TBBM yang berada di wilayah Pertamina MOR IV. TBBM yang didirikan pada tahun 1973 ini, memiliki 25 tangki BBM dan melayani sebanyak 175 SPBU di wilayah Provinsi Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah.

Baca Juga: Kemenkop-UKM Kembangkan Pola Kemitraan di Agribisnis Jagung

Dalam operasional sehari-hari, TBBM Rewulu mengacu pada standardisasi nasional maupun internasional seperti ISO 14001, ISO 9001, ISO 50001, OHSAS 18001, ISO 28000/SMP dan ISRS Level 4.

Pada awal September 2019 lalu, TBBM Rewulu meraih penghargaan internasional ASEAN Energy Award kategori industri oleh lembaga yang terasosiasi dengan ASEAN yaitu ASEAN Center for Energy.

TBBM Rewulu juga telah melakukan inovasi dengan menerapkan penerangan alami sistem solar cell-hybrid, sehingga tercipta efisiensi energi  sebesar 10,84 GJ per tahun dan  reduksi emisi sebesar 2.796 kg C02 equivalen per tahun.

“Salah satu poin tertinggi dalam mencapai Proper emas adalah pemberdayaan masyarakat dan keanekaragaman hayati. Untuk itu Pertamina akan selalu memperhatikan keberlangsungan program CSR untuk dapat sustain dan tujuan akhir yaitu mensejahterakan masyarakat tercapai”, pungkas  Rahmad. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: