Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gagal Lindungi Saudi, Rusia Ejek Rudal Patriot Milik AS

Gagal Lindungi Saudi, Rusia Ejek Rudal Patriot Milik AS Kredit Foto: (Foto/Reuters)
Warta Ekonomi, Moskow -

Sistem pertahanan rudal Patriot dan Aegis buatan Amerika Serikat (AS) jadi bahan ledekan militer Rusia setelah gagal melindungi kilang minyak Arab Saudi dari serangan pesawat nirawak dan rudal jelajah Sabtu (14/9/2019) pekan lalu.

Pejabat berpangkat tinggi militer Rusia mengatakan kegagalan itu membuktikan bahwa senjata pertahanan Amerika tidak seperti yang diiklankan AS.

Menurut pejabat tersebut, Riyadh telah membangun sistem pertahanan udara paling kuat di kawasan Timur Tengah dengan mengambil manfaat persenjataan Amerika yang menyediakan cakupan radar berskala penuh. Namun, lanjut dia, efisiensi senjata pertahanan Amerika dipertanyakan.

Baca Juga: Kekuatan Militer Rusia Lampaui NATO, AS Ketar-Ketir?

Lebih lanjut, pejabat militer itu mengatakan, saat ini ada 88 peluncur sistem rudal Patriot —52 di antaranya adalah versi terbaru PAC-3— yang melindungi perbatasan utara Arab Saudi. Selain itu, Saudi juga dilindungi tiga sistem penghancur rudal berpemandu dan 100 rudal SM-2.

"Sistem pertahanan udara Patriot dan Aegis tidak cocok dengan properti yang diiklankan—mereka tidak efisien terhadap target udara ukuran kecil dan rudal jelajah," ujar sumber militer Rusia itu, Kamis (19/9/2019), seperti dikutip Russia Today.

Kendati demikian, dia mempertanyakan efisiensi dari berbagai senjata pertahanan Amerika itu ketika dilibatkan dalam kehidupan nyata.

"Mereka sama sekali tidak dapat mengusir serangan musuh yang melibatkan penggunaan besar-besaran senjata layak terbang dalam pertempuran nyata," ujarnya.

Baca Juga: Kapal Ilegal Milik Korea Utara Ditahan Penjaga Perbatasan Rusia

Komentar itu muncul ketika media-media internasional berjuang untuk mencari tahu mengapa militer Kerajaan Arab Saudi tidak dapat melakukan tindakan apa pun untuk menghentikan serangan udara terhadap kilang minyak di Abqaiq dan Khurais.

Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mencoba mencari alasan atas kegagalan sistem pertahanan rudal Patriot dalam melindungi kilang minyak Saudi Aramco.

"Kami telah melihat sistem pertahanan udara di seluruh dunia memiliki keberhasilan yang beragam," kata Pompeo yang disampaikan Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.

"Beberapa (sistem pertahanan rudal) yang terbaik di dunia tidak selalu menunjukkan hasil yang diinginkan. Kami ingin bekerja untuk memastikan bahwa infrastruktur dan sumber daya ditempatkan sedemikian rupa sehingga serangan seperti itu akan kurang berhasil daripada yang tampaknya terjadi," imbuh Pompeo.

Baca Juga: Sistem Pertahanan Buatan AS Tak Mampu Halangi Serangan di Arab Saudi, Kalah dari Rusia?

Kementerian Pertahanan Arab Saudi menyimpulkan serangan besar-besaran itu dilakukan dengan 25 pesawat nirawak atau drone dan rudal jelajah.

"Serangan itu diluncurkan dari utara dan disponsori oleh Iran. Kami sedang bekerja untuk mengetahui titik peluncuran yang tepat," kata juru bicara kementerian, Kolonel Turki al-Maliki.

"Bukan berasal dari Yaman, meskipun upaya terbaik Iran untuk membuatnya tampak begitu," ujarnya. Dia menambahkan bahwa drone yang digunakan dalam serangan itu berada di luar jangkauan drone yang digunakan oleh kelompok pemberontak Houthi Yaman.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: