Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BULL Dapat Rating Stabil Dari Fitch

BULL Dapat Rating Stabil Dari Fitch Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga pemeringkat Fitch Rating Indonesia memberikan peringkat PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) jangka panjang A-(idn) dengan prospek stabil (B+). Fitch dalam keterangannya menyatakan bahwa peringkat tersebut mencerminkan posisi perusahaan yang solid dalam industri perkapalan Indonesia, yang didukung oleh peraturan cabotage, hubungan yang kuat dengan pelanggannya, perusahaan minyak nasional PT Pertamina (Persero) (BBB/Stabil), dan proporsi kontrak time-charter yang besar.

 

Peringkat Nasional di kategori ‘A’ menunjukkan ekspektasi akan resiko gagal bayar yang relatif rendah terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia. Namun adanya perubahan pada keadaan atau kondisi ekonomi bisa saja mempengaruhi kapasitas untuk membayar secara tepat waktu dibandingkan komitmen keuangan yang ditunjukkan oleh kategori peringkat yang lebih tinggi.

 

Faktor yang menjadi penggerak pemeringkat adalah Visibilitas Pendapatan dari Kontrak Charter dimana BULL memperoleh 75 persen dari pendapatannya di kuartal pertama 2019 dari kontrak time-charter, dengan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan spot charter, meningkatkan visibilitas pendapatan.

 

Baca Juga: BULL Tambah 8 Kapal, Harganya Sampai Rp1,5 Triliun

 

Pangsa pasar naik menjadi 80 persen di kuartal kedua 2018 dengan tambahan kontrak time-charter. BULL kemudian menandatangani dua kontrak time-charter baru pada bulan Juli 2019 dan berharap pendapatan dari kontrak time-charter mencapai setidaknya 90 persen pada akhir tahun 2019. Sekitar 86 persen dari kapasitas armadanya, atau 18 dari 21 kapal BULL, berada di bawah kontrak time-charter pada akhir Juli 2019.

 

Selain itu, posisi BULL juga kuat lantaran meningkatkan pangsa pasar tanker Aframax yang disewa oleh Pertamina sebesar 42 percentage points (pp) selama tahun 2014-2019, sedangkan pangsa pasar tanker medium-range meningkat sebesar 11pp, menurut data perusahaan.

 

Pertumbuhan permintaan didukung oleh ekonomi Indonesia yang berkembang, yang kami yakini kemungkinan akan terus berlanjut.

Industri kapal tanker domestik juga menikmati day rates yang relatif stabil karena kondisi industri yang terfragmentasi dengan jumlah pemain kecil yang banyak dan perlindungan dari pemain internasional melalui peraturan cabotage, yang mengharuskan penggunaan kapal berbendera Indonesia dan warga negara Indonesia untuk transportasi laut domestik.

 

Baca Juga: Kebutuhan Besar, BULL Yakin Dapat Kontrak Dari Pertamina

 

Pertamina adalah pelanggan terbesar BULL, memberikan kontribusi sekitar 56 persen dari pendapatan perusahaan di kuartal 1, tidak termasuk floating production storage dan offloading unit yang dipekerjakan oleh operasi bersama yang melibatkan Pertamina.

 

Ini merupakan peningkatan dari 40 persen pada akhir bulan Desember 2018 setelah sanksi daftar hitam (blacklisting) oleh Pertamina karena alasan administratif diselesaikan pada tahun 2018.

 

BULL memperbarui semua kontrak time-charter dengan Pertamina ketika sanksi daftar hitam diselesaikan. Kontribusi pendapatan Pertamina, termasuk floating production storage dan offloading unit oleh entitas operasi bersama, adalah 72 persen, meningkat dari 58 persen pada akhir tahun 2018.

 

Bagian terbesar pendapatan dari Pertamina memaparkan BULL terhadap risiko Pertamina tidak memperbarui kontraknya, tidak memberikan kontrak baru atau gagal bayar atas pembayarannya.

 

Namun, pihaknya percaya risiko ini termitigasi secara signifikan oleh hubungan lama BULL dengan Pertamina (BULL dan perusahaan pendahulunya telah terlibat dengan Pertamina selama sekitar empat dekade), profil kredit Pertamina yang baik, dan riwayat operasi BULL yang sehat.

 

Disisi lain, Ukuran armada BULL naik menjadi 21 pada akhir bulan Juli 2019, dari 10 pada tahun 2015, melonjak hampir 200 persen dalam kapasitas tonase. Pertumbuhan kapal terhenti pada tahun 2018 menyusul sanksi daftar hitam, namun pihaknya memproyeksikan ukuran armada akan meningkat dengan cepat selama tiga tahun ke depan.

 

Baca Juga: Incar Bisnis Pengangkutan Batu Bara, BULL Mau Akuisisi

 

Pihaknya melihat risiko dari pertumbuhan armada yang lebih cepat dari perkiraan, yang dapat memengaruhi metrik kredit, termitigasi oleh komitmen perusahaan untuk mempertahankan rasio debt-to-EBITDA di bawah 3,5x, belanja modal yang dihubungkan dengan kemungkinan kontrak baru dan pendapatan dari kontrak time-charter setidaknya 90 persen.

 

Asumsi utama yang digunakan Fitch sebagai rating case meliputi, Kapasitas deadweight tonnage meningkat pada CAGR sebesar 33 persen selama 2019-2021. Lalu, tarif harian tanker secara keseluruhan tetap.

 

Kemudian, rata-rata belanja modal per tahun, termasuk biaya upfront docking, sekitar USD90 juta selama 2019-2021. Biaya langsung (direct costs) untuk operasi kapal tidak termasuk biaya pelabuhan dan bahan bakar bunker naik 2 persen per tahun. Serta biaya administrasi meningkat 7 persen per tahun dari tahun 2019.

 

Perkembangan masa depan yang dapat, secara individual atau kolektif, memicu tindakan pemeringkatan positif diantaranya peningkatan skala dengan ukuran armada mendekati 50 kapal atau lebih, dengan menjaga profil keuangan yang sehat dimana FFO adjusted gross leverage mendekati 3x atau lebih rendah.

 

Kemudian, perkembangan masa depan yang dapat, secara individual atau kolektif, memicu tindakan pemeringkatan negatif. FFO adjusted gross leverage diatas 4x (2018: 2,9x) secara berkelanjutan; FFO fixed-charge cover dibawah 3x (2018: 4,6x) secara berkelanjutan. Serta, adanya bukti pergeseran fokus dari kontrak berbasis time-charter atau pelemahan kondisi lingkungan operasional yang substansial.

 

Secara likuiditas, BULL memiliki kas sekitar USD2 juta pada akhir kuartal 1, dibandingkan dengan pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar USD43 juta dan pinjaman jangka pendek sebesar USD2 juta.

 

Total utang BULL sebesar USD119 juta terdiri dari pinjaman bank dengan jaminan. Rencana BULL untuk ekspansi jumlah armada akan menghasilkan negatif FCF yang signifikan di tahun 2019-2020.

 

Namun, pihaknya melihat risiko likuiditas dari utang yang jatuh tempo dengan jumlah yang signifikan dan negatif FCF negatif dapat dikelola oleh perusahaan.

 

Baca Juga: Direktur Utama BULL Catatkan 500 Ribu Saham Baru

 

Pada bulan Juli 2019, perusahaan menerima sekitar USD42 juta dari rights issue dan sekitar USD13 juta dari pembiayaan kembali utang yang jatuh tempo pada 2Q19 sebesar USD24 juta.

 

Refinancing yang lebih lanjut dan penambahan utang untuk pembelian kapal seharusnya mendukung posisi likuiditas BULL. Kemampuan refinancing BULL didukung oleh hubungan yang baik dengan beberapa bank domestik bersama dengan visibilitas pendapatan armada dan nilai appraisal.

 

Pembelian kapal juga dapat dibiayai dengan rasio loan-to-value sebesar 70 persen atau lebih tinggi, yang membebaskan sebagian dari arus kas operasi untuk pembayaran utang. 

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: