Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyambut Wajah Baru Koperasi di Era Digital

Menyambut Wajah Baru Koperasi di Era Digital Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perkembangan teknologi informasi telah melahirkan cara baru berkoperasi yang diadopsi oleh startup-startup di Indonesia.

Wajah Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berubah serius ketika dirinya memasuki topik pembahasan tentang koperasi di era digital. Ia menyampaikan bahwa telah lahir cara baru berkoperasi di Indonesia yakni dengan model sharing economy (ekonomi berbagi).

Rudiantara menjelaskan koperasi model baru terdiri dari kumpulan orang yang memiliki alat produksi masing-masing. Ia memberi contoh Go-Jek atau Grab yang merupakan platform para pemilik kendaraan motor dan mobil yang menawarkan jasa transportasi. Kemudian contoh lain ialah startup IDN Times yang bergerak di industri media. Platform media ini merupakan wadah bagi para penulis untuk memproduksi sekaligus mempublikasi sebuah tulisan.

"Banyak orang mengatakan Indonesia kehilangan soko guru ekonomi koperasi. Saya tegaskan itu adalah persepsi yang keliru. Justru sekarang sudah lahir koperasi cara baru. Ini yang saya sebut sebagai koperasi zaman now," katanya saat peluncuran buku Jagat Digital: Pembebasan dan Penguasaan karya Agus Sudibyo di Jakarta, belum lama ini.

Baca Juga: Kop-Aja, Platform Keuangan Koperasi Pertama di Indonesia

Ia menyampaikan para pemilik alat produksi tersebut berstatus sebagai anggota koperasi, bukan pegawai koperasi. Adapun, di beberapa startup memakai istilah mitra atau rekan.

"Para driver Go-Jek itu bukan pegawai Go-Jek. Para pengemudi tersebut saling berbagi ekonomi dan disebut dengan mitra. Siapa yang memiliki alat produksi di Go-Food? Para mitra yang punya restoran atau para mitra yang punya dapur," ujarnya.

Salah satu keunggulan koperasi zaman now ini, sebutnya, yakni para mitra mampu mengakselerasi pertumbuhan bisnis hanya dengan menggunakan modal minim. Hal ini bisa dimungkinkan karena mereka memanfaatkan teknologi. Misalnya, para mitra Go-Food memiliki pasar yang sangat luas meskipun tidak memiliki jaringan restoran untuk menjajakan produk mereka.

"Para mitra Go-Food ini cukup bermodalkan dapur dan brand saja. Apabila mereka memiliki masakan yang enak dan didukung dengan brand yang kuat maka mereka bisa sukses besar," tegasnya.

Koperasi cara baru ini disebut-sebut telah memberi dampak positif yang besar terhadap perekonomian Indonesia seperti menciptakan jutaan lapangan kerja, menurunkan tingkat kesenjangan pendapatan dan rasio gini, serta melahirkan pengusaha baru. Ia mencontohkan platform e-commerce Tokopedia dan Bukalapak yang telah menjadi ruang bagi sekitar 12 juta pelapak dan hampir 70% dari jumlah tersebut merupakan para pengusaha baru.

Meski demikian, Rudiantara mengakui jika konsep koperasi era baru ini tidak sepenuhnya sesuai dengan pengertian koperasi di UU Perkoperasian.

Wajah Korporasi

Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto mengatakan dirinya tak sepakat jika Menteri Rudiantara menyebut para startup yang memiliki konsep sharing economy disebut sebagai koperasi era baru.

Suroto menjelaskan para startup tersebut memiliki model korporasi bisnis swasta kapitalis yang secara fundamental tak berbeda dengan model perusahaan biasa. Ia menegaskan perbedaan mendasar dari koperasi dan korporasi adalah dalam soal kepemilikan saham dan pengambilan keputusan perusahaan.

"Go-Jek dan Grab itu misalnya, mereka itu melibatkan para driver atau agen hanya sebagai objek kebijakan bisnis pemiliknya bukan terlibat sebagai pemilik," katanya kepada Warta Ekonomi.

Ia menegaskan, jika para startup tersebut merupakan koperasi era baru maka para driver akan menjadi pemilik saham perusahaan. Dengan demikian, para mitra tersebut juga terlibat sebagai pengambil kebijakan perusahaan. Ia memastikan pelibatan kepemilikan dan pengambilan keputusan melalui model koperasi itu penting karena sumber eksploitasi muncul dari nihilnya dua hal tersebut.

"Itulah alasan driver Go-Jek dan Grab berulang kali melakukan aksi demonstrasi. Ini jelas bukan koperasi," tegasnya.

Ia menyampaikan model bisnis platform koperasi merupakan bisnis platform yang melibatkan pengguna, agen, dan pekerja sebagai pemilik saham perusahaan selain investor. Ia memberi contoh Resonate, koperasi platform dalam bisnis konten yang melibatkan para viewers (penonton), artis (agent), dan pekerja sebagai pemilik perusahaan.

Kemudian contoh lain ialah koperasi Stocksy. Suroto mengatakan Stocksy merupakan bisnis koperasi platform yang adil karena para fotografer dan filmaker menjadi pemilik saham dan mereka turut mengambil keputusan perusahaan.

"Mereka itu didirikan karena ada proses pengambilan kebijakan yang tidak adil dan minus partisipasi dari bisnis platform konten konvensional semacam Spotify," tukasnya.

Tantangan Era Digital

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Rully Indrawan, mengakui para pelaku koperasi memiliki tantangan untuk bersaing di era digital. Oleh karena itu, ia menegaskan para pelaku koperasi harus mengubah mindset dalam sistem tata kelola secara menyeluruh.

"Koperasi harus melakukan reformasi total agar mampu melewati era revolusi industri 4.0. Koperasi harus mampu beradaptasi dan bertransformasi secara dinamis," katanya di Yogyakarta, belum lama ini.

Rully menambahkan, koperasi harus kreatif dan inovatif dalam menjalankan strategi bisnis. Menurut Rully, teknologi bisa dijadikan sebagai alat koperasi dalam menerapkan strategi efisiensi usaha dan dapat meningkatkan daya saing.

"Harus sudah mengembangkan aplikasi-aplikasi, termasuk aplikasi pelayanan anggota dan bisnis, untuk meningkatkan kinerja usaha. Saat ini, RAT sudah bisa dilakukan secara online. Artinya, dengan anggota koperasi yang mencapai ratusan ribu orang, berapa anggaran yang bisa dihemat dan bisa dialokasikan untuk pengembangan usaha," paparnya.

Dengan begitu, lanjutnya, koperasi akan mampu menjawab tantangan zaman dan mampu bersaing dengan sektor usaha lain termasuk para startup digital. Ia juga meyakini bahwa program rebranding dan menampilkan citra baru bagi koperasi akan membuahkan hasil, khususnya di kalangan generasi milenial.

"Koperasi saat ini sudah banyak yang berkembang menjadi besar dan masuk ke sektor-sektor usaha modern. Kita terus membangun citra baru koperasi yang selama ini masih dianggap jadul. Saatnya membangun generasi baru," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: