Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penurunan Bunga Acuan Berpeluang Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Penurunan Bunga Acuan Berpeluang Dorong Pertumbuhan Ekonomi Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Sekedar informasi, BI kembali menurunkan suku bunga acuan, BI 7 days Reverse Repo Rate pada pertengahan bulan September ini sebesar 25 basis poin dari yang semula berada pada level 5,50% menjadi 5,25%.

Tingkat inflasi yang masih cenderung rendah pada bulan Agustus yang berada pada level 0,12% (mtm) dan 3,49% (yoy) tergolong stabil menjadi salah satu alasan yang dipaparkan oleh BI dalam pernyataan resminya terkait dengan kebijakan ini.

Baca Juga: BI Kembali Turunkan Suku Bunga Acuan 25 BPS Jadi...

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, dengan menurunnya tingkat suku bunga ini diharapkan akan lebih mudah bagi bank dalam memberikan pinjaman sekaligus membantu mendorong pertumbuhan sektor usaha di tengah masyarakat serta mendukung kondusivitas iklim berusaha. Namun demikian, pertumbuhan kredit masyarakat pun juga diharapkan bertumbuh dalam kondisi yang stabil.

Di sisi lain, pertumbuhan perekonomian global diproyeksi kembali melesu. Lembaga-lembaga internasional kembali melakukan revisi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Baru-baru ini Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) merevisi pertumbuhan ekonomi global dari 3,2% menjadi 2,9%.

Sebelumnya hal serupa juga sudah dilakukan oleh dua institusi Bretton Woods, yaitu International Monetary Fund (IMF) dan World Bank yang masing-masing merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama tahun ini.

Bulan Juli yang lalu IMF mengumumkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global berada pada angka 3,2% dari yang semula 3,3% untuk tahun ini. Sedangkan jauh sebelum itu, World Bank telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semula dirilis berada pada angka 2,9% menjadi hanya 2,6%.

"Terjadinya revisi pada perkiraan pertumbuhan ekonomi global ini bukan tanpa sebab. Beberapa faktor memengaruhi dinamika keuangan global terjadi pada pertengahan tahun ini sehingga membuat badan-badan ekonomi internasional tersebut melakukan proyeksi ulang berdasarkan dengan perkembangan situasi yang ada," jelasnya di Jakarta, Senin (23/9/2019).

Ia menambahkan, volatilitas pasar terjadi akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang tidak kunjung berakhir.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: