Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendarat, Spesialis Militer Rusia Telah Tiba di Venezuela

Mendarat, Spesialis Militer Rusia Telah Tiba di Venezuela Kredit Foto: Sputnik
Warta Ekonomi, Caracas -

Sekelompok spesialis militer Rusia telah mendarat di Caracas, Venezuela, demikian keterangan dari kantor berita negara itu Interfax, pada Rabu (25/9/2019). Kedatangan mereka bertepatan dengan pertemuan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk peningkatan kerja sama.

Salah satu pendukung terbesar Maduro adalah Moskow. Rusia enggan memusingkan penilaian AS atas dukungan yang diberikan itu. Buktinya, Rusia telah menyalurkan pinjaman uang dan bantuan lain untuk industri militer dan minyak di Venezuela. 

Dalam laporannya, Interfax menyebut kedatangan spesialis militer itu bertujuan melakukan perawatan pada perangkat keras militer Rusia yang dibeli oleh negara Amerika Latin tersebut.

Baca Juga: Maskapai Murah Eropa Berlomba Terbang ke Rusia

Dua pesawat Rusia baru-baru ini mendarat di Venezuela, lapor Interfax mengutip laporan media sosial seperti dikutip dari Reuters, Kamis (26/9/2019).

Seorang fotografer Reuters pada hari Rabu melihat satu jet angkatan udara Rusia di bandara Maiquetia utama Caracas. Pesawat telah meninggalkan Moskow pada 20 September, menurut situs pelacakan penerbangan Flight Radar.

Sementara itu Maduro pada hari Senin berangkat untuk kunjungan kenegaraan ke Rusia dan pada hari Rabu bertemu dengan Putin, yang mengatakan ia mendukung negosiasi antara pemerintah Venezuela dan oposisi.

Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido mengatakan awal bulan ini bahwa negosiasi di Barbados dengan pemerintah, yang ditengahi oleh Norwegia, telah berakhir setelah pemerintah Maduro menarik para delegasi menyusul pengetatan sanksi AS. Sekelompok kecil anggota parlemen oposisi mengadakan pembicaraan terpisah dengan Maduro, yang ditolak Guaido.

Bertemu Maduro di Moskow, Putin mengatakan Moskow menganggap penolakan untuk mengadakan dialog tidak rasional dan berbahaya bagi negara dan ancaman bagi kesejahteraan penduduk.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: