Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Vape di Ambang Kehancuran

Industri Vape di Ambang Kehancuran Kredit Foto: Unsplash/VapeClubMY
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peristiwa kematian akibat penggunaan vape di Amerika Serikat memukul industri vape di dunia. Saham perusahaan tembakau raksasa Inggris Imperial Brands terpuruk di level terendah dalam satu dekade ini pada Kamis kemarin (26/9/2019). Pelemahan pasar vape lantaran sejumlah negara bagian di AS melarang penjualan rokok elektrik.

"Produk generasi mendatang AS memburuk secara signifikan selama kuartal terakhir dengan meningkatnya ketidakpastian regulasi. Memicu penurunan penggunaan vape dalam beberapa pekan terakhir. Jumlah pedagang grosir dan pengecer yang tidak memesan atau tidak mengizinkan promosi produk vape bertambah," terang Imperial dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip rt.com.

Baca Juga: Makin Dinilai Bahaya, Produsen Vape Ini Diselidiki Kejaksaan

Beberapa negara termasuk India dan Korea Selatan telah melarang semua penjualan rokok elektrik. Merek Juul Labs bahkan menghilang secara misterius dari semua situs e-commerce di China hanya beberapa hari setelah diluncurkan.

Regulator di AS telah mengambil tindakan keras melarang warga merokok vape lantaran banyaknya laporan kematian yang berhubungan dengan tembakau alternatif itu. Kasusnya meningkat menjadi 11 kasus. Lebih dari 500 orang jatuh sakit dengan penyakit paru-paru misterius setelah mengisap rokok elektrik.

Menyusul laporan tersebut, Walmart mengatakan tidak lagi menjual e-rokok di jaringan tokonya. CBS, Viacom, dan AT&T WarnerMedia telah mengumumkan untuk menghentikan iklan e-rokok yang sedang berjalan di stasiun televisi mereka.

Presiden AS Donald Trump awal bulan ini mengatakan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Food and Drugs Administration/FDA) akan melarang vape semua rasa. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit juga mengeluarkan peringatan kepada kaum remaja dan pengguna vape lain untuk tidak membeli produk rokok elektrik dan daun ganja. Serta memperingatkan untuk tidak memodifikasi vape dengan bahan-bahan lain.

NYTimes melaporkan, vape telah membuat korban berjatuhan beberapa minggu ini di AS. Korban kebanyakan remaja usia 20-an tahun. Sebelumnya mereka dalam kondisi sehat, secara tiba-tiba mengalami kesulitan bernapas, muntah berhari-hari, demam, dan lemas setelah mengisap rokok elektrik. Beberapa korban dibawa ke unit perawatan intensif, lainnya harus menggunakan ventilator selama berminggu-minggu. 

Rokok elektrik diperkenalkan pada tahun 2003 sebagai cara untuk menyapih para perokok menjauh dari efek mematikan rokok tradisional. Sejak itu vape tumbuh menjadi pasar global senilai US$11 miliar. Sebagian besar pertumbuhan itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan diharapkan mencapai lebih dari US$18 miliar pada tahun 2024.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: