Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memberikan Kontribusi ke Peradaban Masa Depan

Memberikan Kontribusi ke Peradaban Masa Depan Kredit Foto: Antara/Basri Marzuki
Warta Ekonomi, Jakarta -

Vale Indonesia memiliki komitmen untuk memberi kontribusi terhadap peradaban masa depan: bahan baku baterai untuk mobil listrik.

Suwahyo, seorang pengemudi e-taksi Blue Bird, terlihat tenang mengarahkan kemudi mobil sambil sesekali melihat kaca spion tengah. Ia tersenyum bangga ketika sang penumpang menyampaikan rasa kagum bisa naik mobil listrik. Kendaraan inilah yang mencatatkan Suwahyo menjadi salah satu dari 30 pengemudi taksi listrik pertama di Indonesia.

Sekitar akhir bulan April 2019 perusahaan taksi dengan logo burung biru ini memulai babak baru dengan meluncurkan 30 unit taksi listrik di Indonesia. Terdapat dua model taksi listrik milik Blue Bird yakni MPV BYD e6 sebagai taksi reguler dan SUV Tesla Model X 75D sebagai taksi premium Silverbird.

Baca Juga: Mobil Listrik Moncer, Ini Negara-Negara yang Bisa Panen Duit

Mobil listrik disebut-sebut akan menjadi kendaraan masa depan. Salah satu keunggulan mobil ini ialah emisi karbon yang lebih rendah dan sekaligus mengurangi polusi dibandingkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, penggunaan energi mobil listrik lebih irit dibandingkan dengan mobil yang menggunakan BBM.

Blue Bird sendiri memiliki rencana untuk mengoperasikan hingga 200 unit mobil listrik pada tahun 2020 mendatang. Kemudian mereka menargetkan pengoperasian dua ribu unit mobil listrik pada tahun 2025.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi, mengakui jika kehadiran mobil listrik di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Untuk menyambut era baru tersebut, ia mengatakan teknologi baterai kendaraan listrik menjadi hal krusial yang harus diperhatikan.

Oleh karena itu, ia mendukung langkah pemerintah yang menghentikan ekspor bahan baku baterai kendaraan listrik yakni nikel yang mengandung kobalt dan lithium.

Kontribusi Vale Indonesia

Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Nico Kanter, mengatakan pihaknya memiliki komitmen untuk mendukung pengembangan mobil listrik di Indonesia. Ia menjelaskan potensi untuk mengembangkan produk bijih nikel sebagai salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik sangat terbuka di Indonesia.

"Indonesia memiliki kekayaan alam berupa bijih nikel dalam jumlah besar yang bisa dimanfaatkan dalam berbagai bentuk produk," katanya sebagaimana dikutip oleh Warta Ekonomi di Jakarta, Senin (30/9/2019).

Nico berharap Vale Indonesia bisa membantu pemerintah dengan menjadi penyuplai baterai mobil listrik. Hal itu karena beberapa negara terbukti sukses mengurangi emisi lewat penerapan mobil listrik.

"Jadi kita bisa membantu pemerintah menjalankan apa yang jadi kebijakan pemerintah. Ini akan menjadi pionir teknologi di Indonesia," sebutnya.

Ia menjelaskan produksi bahan baku baterai kendaraan listrik merupakan kesempatan dan tantangan tersendiri bagi Vale. Ia mengatakan produksi mobil listrik akan menjadi pasar baru yang prospektif bagi penjualan nikel di masa yang akan datang.

Namun di sisi lain, Vale menghadapi tantangan pembangunan smelter dan pengembangan tambang di Pomalaa maupun Bahodopi. Ia mengatakan proyek tambang di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, akan menjadi salah satu area untuk memproduksi bahan baku baterai mobil listrik.

Tercatat, tidak banyak produsen global yang mampu memproduksi nikel untuk baterai mobil listrik. Hal itu karena teknologi pengolahan bahan baku kendaraan listrik berbeda dan ongkos untuk memproduksi nikel jenis tersebut juga mahal.

"Meski demikian, kami sangat percaya hal tersebut bisa diwujudkan," pungkasnya.

Era Baru, Kebutuhan Baru

DBS Group Research mencatat perkembangan kendaraan listrik (EV) serta lonjakan permintaan untuk baterai EV telah menjadi katalis besar untuk mendorong awal era baru pertumbuhan tinggi pasar nikel.

Analyst Bank DBS Indonesia, Maynard Arief, mengatakan jumlah EV global tumbuh secara cepat menjadi 5,12 juta unit pada tahun 2018 lalu. Padahal, pada 10 tahun lalu hanya terdapat 5.000 EV di seluruh dunia termasuk plug-in hybrid vehicle, kendaraan hybrid, yang baterainya bisa diisi dari sumber listrik eksternal.

Ia memperkirakan laju pertumbuhan permintaan baterai EV mencapai 28% dan 23% hingga 2025 dan 2030 mendatang.

"Berdasarkan atas hal itu, laju pertumbuhan majemuk tahunan permintaan nikel dari unsur baterai diharapkan naik 19% pada 2018-2030 hingga 844.000 ton. Dengan demikian, baterai akan menjadi barang penting di pasar nikel global dan konsumsinya naik hingga mencapai 22% dari total pasar nikel pada 2030," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: