Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendekatkan yang Jauh, Menjangkau ke Pelosok Nusantara

Mendekatkan yang Jauh, Menjangkau ke Pelosok Nusantara Kredit Foto: Instagram/Rizki
Warta Ekonomi, Jakarta -

Airnav Indonesia memiliki komitmen untuk mengutamakan keselamatan penerbangan sekaligus memberi manfaat yang besar kepada masyarakat.

Mukhcis Sampurna, seorang pemandu lalu lintas udara (air traffic controller) di Airnav Indonesia, menatap radar di layar komputer seraya memandu pesawat yang ingin lepas landas. Raut wajahnya fokus memancarkan kecermatan. Tak lama kemudian ia berujar: clear for take off.

Pria kelahiran Palembang ini tak pernah berpikir dirinya akan menjadi seorang pemandu lalu lintas udara. Saat berbincang dengan Warta Ekonomi, ia mengatakan banyak menghabiskan masa kecil di Maospati, Jawa Timur. Kemudian saat menduduki bangku sekolah menengah pertama ia harus kembali pindah tempat tinggal ke Jakarta karena sang ayah pindah tugas.

Pengalaman beberapa kali pindah tempat tinggal saat kecil seperti menyadarkan Mukhcis betapa jasa transportasi udara sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini pula yang secara tidak langsung mendorongnya untuk menjadi seorang ATC. Pada tahun 2000 ia kembali pindah ke Tanjung Pinang dan di kota inilah pria yang akrab disapa Ucis mengabdikan diri sebagai seorang pemandu lalu lintas udara.

"ATC itu unik. Sebuah pekerjaan yang menuntut kita untuk ekstra fokus, cermat, hati-hati, namun juga harus bisa berpikir dan memecahkan masalah dengan cepat," katanya kepada Warta Ekonomi, Jumat (4/10/2019).

Baca Juga: AirNav Sebut Pelayanan Navigasi di Bandara Manokwari Normal-Normal Saja

Ucis menyadari Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah geografis yang sangat luas. Hal ini membuat jasa transportasi udara sangat dibutuhkan untuk membantu pergerakan manusia dari satu pulau ke pulau lain. Oleh karena itu, ia mengatakan industri penerbangan harus bisa memberi manfaat kepada masyarakat Indonesia.

"Industri penerbangan itu harus bisa mendekatkan yang jauh dan menjangkau seluruh pelosok Nusantara," sebutnya.

Meski demikian, ia mengakui cita-cita mewujudkan industri penerbangan yang bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia bukan merupakan perkara mudah. Ia mengatakan akan bekerja sepenuh hati untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Dalam bekerja sehari-hari, Ucis tak lepas dari berbagai macam tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah menjaga tingkat konsentrasi dengan baik di tengah lalu lintas penerbangan yang padat. Hal ini harus terus dipertahankan demi memastikan keselamatan penerbangan.

Mengutamakan Penumpang

Ucis mengatakan keselamatan penumpang merupakan prioritas utama setiap air traffic controller. Ia mengatakan dituntut untuk mempertahankan keterampilan dan kemampuan. Setiap enam bulan sekali ia melakukan performance check, termasuk cek kesehatan dan keterampilan berbahasa Inggris.

"Pesawat itu bergerak terus dan ada potensi bertemu pada satu titik. Tugas kami salah satunya adalah menghindarkan pesawat saling bertabrakan. Semua ada prosedurnya dan ATC harus selalu berada dalam koridornya," paparnya.

Hal senada disampaikan oleh Ahmad Firdaus, seorang air traffic controller yang bertugas di Bandar Udara Mopah Merauke. Ia mengatakan seorang ATC dituntut untuk memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk memberikan instruksi dan mengidentifikasi pesawat, terutama di tengah kondisi lalu lintas udara yang padat.

"Kami memerlukan konsentrasi tinggi di tengah kondisi penerbangan yang padat di mana banyak pesawat yang harus kami layani dalam waktu bersamaan," sebut Ahmad Firdaus kepada Warta Ekonomi.

Ahmad menyebutkan tantangan lain yang dihadapi ATC dalam memandu pesawat sekaligus memastikan keselamatan penumpang bukan hanya lalu lintas udara yang padat, tetapi kondisi cuaca dan bencana alam.

"Ditambah beberapa kondisi seperti cuaca yang kurang bersahabat dan kondisi lain yang tidak terduga," tuturnya.

Sebagaimana diketahui, Anthonius Gunawan Agung harus mengorbankan nyawa untuk mengarahkan pesawat Batik Air dari Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie Palu ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar saat terjadi gempa skala 7,4 yang mengguncang Sulawesi Tengah pada September 2018 lalu.

Ia tetap berada di tower bandara di tengah guncangan gempa yang dahsyat. Hal ini dilakukan guna memastikan pesawat Batik Air bisa lepas landas dengan selamat.

Setelah Batik Air lepas landas, Anthonius baru bergegas turun dari tower untuk menyelamatkan diri. Namun, saat turun tersebut lantai 4 tower sudah ambruk sehingga ia harus melompat yang membuat dirinya mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuh. Anthonius pun menghembuskan nafas terakhir sebagai seorang pahlawan di industri penerbangan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: