Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Efektif Mengatasi Penyakit Padi, Kementan Kenalkan Pengendali Hayati

Efektif Mengatasi Penyakit Padi, Kementan Kenalkan Pengendali Hayati Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen membantu petani guna menjamin hingga meningkatkan produksi padi dari ancaman hama penyakit. Kementan melalui Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT) memperkenalkan Paenibacillus polymyxa sebagai pengendali hayati yang telah dikenal petani untuk mengendalikan beberapa penyakit pada tanaman padi. 

Koordinator Petugas OPT di BBPOPT, Wayan, mengatakan bahwa Paenibacillus polymyxa sudah dimanfaatkan oleh petani sejak 18 tahun yang lalu, dikenal sebagai Bakteri antagonis Corynebacterium untuk mengendalikan penyakit kresek/Hawar Daun Bakteri (HDB).

Baca Juga: Menyimak Prestasi Komoditas Padi di Indonesia 

"Paenibacillus polymyxa merupakan hasil eksplorasi tim agens hayati BBPOPT Jatisari, Karawang pada tahun 1996 atas keprihatinan terhadap kerusakan, kehilangan hasil oleh penyakit, serta belum adanya sarana pengendalian yang ramah lingkungan," ujar Wayan dalam keterangan tertulis yang didapat di Jakarta, Selasa (8/10/2019).

Wayan menjelaskan bahwa bakteri ini dieksplorasi dari tanaman yang sehat di antara tanaman yang terserang hawar daun bakteri. Tim agens hayati BBPOPT melakukan identifikasi  secara morfologi terhadap bakteri ini dan hasil identifikasi pada saat itu adalah Corynebacterium sp.

"Seiring berjalannya waktu, dilakukan identifikasi ulang terhadap Corynebacterium sp dengan hasil teridentifikasi bahwa bakteri yang selama ini diidentifikasi Corynebacterium adalah Paenibacillus polymyxa. Hasil identifikasi ini telah memperkuat hasil identifikasi dari Balai Besar Biogen Bogor pada tahun 2009," jelas dia.

Cahyadi, salah seorang Petugas OPT di BBOPT yang menjadi salah satu tim eksplorasi saat itu, mengungkapkan Paenibacillus polymyxa juga cukup efektif untuk mengendalikan penyakit blas pada padi. BBPOPT sudah pernah mencoba menerapkan model penanganan daerah penyakit endemis blas dengan menggunakan Paenibacillus polymyxa dengan luasan 25 ha di Kabupaten Purwakarta.

"Hasilnya, dengan 4 kali aplikasi saja mampu menekan intensitas serangan dari 15,11 persen menjadi 0 persen,” ucapnya.

Saefudin, petani asal Kampung Babakan, Lemah Abang, Karawang mengungkapkan cara perbanyak Paenibacillus polymyxa hingga siap aplikasi cukup mudah dilaksanakan petani. Untuk membuat 1 liter Paenibacillus polymyxa siap aplikasi hanya membutuhkan 300 gr kentang, 1 gr gula, dan 1 liter air.

"Bahan-bahani ini kemudian dibuat menjadi ekstrak kentang gula dengan cara direbus dan diambil airnya. Setelah dingin, isolat/starter Paenibacillus polymyxa dicampur ke dalam EKG tersebut dan diinkubasi selama 14 hari dengan menambahkan udara dari aerator," terangnya.

"Manfaatkan Agens Pengendali Hayati Paenibacillus plymyxa ini dengan dosis 5 ml per liternya. Ingat bahwa model yang diterapkan secara primitif ini mulai dari seleksi benih sampai umur tanaman 8 Minggu Setelah Tanam (MST)," tambah Saefudin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Puri Mei Setyaningrum
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: