Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Co-Living, Peluang Baru Bisnis Hunian

Co-Living, Peluang Baru Bisnis Hunian Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konsep hunian dengan fasilitas komprehensif, harga terjangkau, dan lokasi strategis, seperti co-living semakin banyak diminati masyarakat urban. Namun saat ini belum banyak pengembang atau pengelola yang membuat konsep properti seperti co-living.

Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto mengungkapkan konsep ini mirip seperti kos-kosan dimana fasilitas umum dapat dipakai bersama. Dan peluang ini dapat dimanfaatkan oleh para pengembang dan pengelola dalam mengembangkan bisnisnya.

"Kebutuhan orang untuk sewa hunian yang terjangkau dan lokasi strategis masih sangat besar, sementara pasokannya belum banyak. Saya lihat potensi ini cukup baik bagi pengembang dan pengelola yang ingin bermain dibisnis ini," terang Ferry.

Pengembangan co-living opsinya bisa bermacam-macam, contohnya developer yang bangun, terus menjual ke investor untuk disewakan. Atau developer mendirikan satu bangunan untuk co-living lalu dikelolanya sendiri.

"Properti yang harus digerakkan itu yang bisa menjangkau end user dan bisa diterima soal harga, konsep dan lokasi seperti co-living ini. Investor bisa masuk ke segmen bisnis ini karena punya potensi yang sangat besar, dan pemainnya juga belum banyak," tegasnya.

 Salah satu pemain bisnis co-living dengan harga terjangkau yang ada saat ini adalah PT Hoppor International atau yang lebih dikenal dengan nama Kamar Keluarga.

Seperti dijelaskan oleh CEO Kamar Keluarga Charles Kwok, pihaknya telah melihat potensi ini sejak beberapa tahun lalu dan peminat hunian dengan konsep co-living sangat besar.

Konsep co-living Kamar Keluarga yakni yang memiliki ekosistem terpadu dengan jaringan yang luas, layanan lengkap, dan harga yang terjangkau. Saat ini kamar yang dimiliki Kamar Keluarga ada sebanyak 2.041 di 75 lokasi strategis dan gampang diakses oleh transportasi umum yang berada di Jabodetabek dan Bandung.

"Kami memanfaatkan teknologi berbasis web dan aplikasi untuk memberikan fasilitas dan pelayanan, sehingga seluruh kebutuhan end to end pelanggan dapat terpenuhi hanya dengan telepon genggam saja," kata Charles.

Menurut Charles, ada lima pilar bisnis yang dikembangkan oleh Kamar Keluarga; pertama pilar BOT (build operate transfer). Di pilar ini, Kamar Keluarga membantu pemilik tanah membangun properti dan nantinya menggunakan sistem bagi hasil;

pilar kedua yaitu Kamar Keluarga (KK) Aset.  Kamar Keluarga membantu para investor pemula yang belum pernah berbisnis properti, dalam hal mencari, membangun dan mengelola properti hingga menghasilkan Return of Investment (RoI) yang memuaskan;

pilar ketiga, sebagai operator. Kamar Keluarga mengelola seluruh lahan yang sudah dijadikan kos dan menerapkan konsep co-living di kosan tersebut;

pilar keempat, yaitu Kamar Keluarga Development yang ahli dalam membangun rumah minimalis, efektif dan efisien sehingga harga terjangkau dengan memanfaatkan lahan yang tersisa;

dan pilar kelima yaitu Kamar Keluarga Vertikal. Memanfaatkan ruang yang ada untuk dijadikan bisnis baru, seperti binatu, warung, atau tempat makan. 

"Lengkapnya konsep yang kami tawarkan itu membuat investor dapat memilih sesuai kebutuhannya. Dan itu yang membuat kami berkembang dengan cepat karena investor diuntungkan," tutup Charles.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Bagikan Artikel: