Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Krisis Grosir di AS, Levi Strauss Merugi

Krisis Grosir di AS, Levi Strauss Merugi Kredit Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Levi Strauss & Co (LEVI.N) melaporkan penurunan 4 persen laba kuartal ketiganya, Selasa (8/10/2019) kemarin. Pembuat pakaian denim itu terpukul oleh krisis penjualan grosir atau pengecer di pasar Amerika.

Pengurangan pengiriman ke toko-toko diskon membuat pendapatan bersih turun sekitar 3 persen di wilayah tersebut. Penurunan pertama sejak perusahaan berusia 165 tahun itu go public pada Maret.

"Grosir AS ditantang terutama department store lama dan jaringan toko, di mana penurunan penjualan yang dipublikasikan berdampak negatif terhadap bisnis kami," ujar CEO Chip Bergh dalam wawancara dengan Reuters.

Baca Juga: Waduh! 14 Ritel Besar AS Bangkrut Sejak 2017

Kondisi ritel yang memburuk memaksa jaringan bisnis yang sudah lama ada, termasuk JC Penney Co Inc (JCP.N), mengeksplorasi beberapa opsi. Mereka berjuang meningkatkan bisnis e-commerce agar dapat bersaing dengan pihak lain, seperti Amazon.com Inc (AMZN.O).

Bergh mengatakan, Levi's berfokus pada penjualan langsung ke pelanggan melalui toko dan daring ketimbang melalui toko diskon.

Levi's bekerja sama dengan model ternama Chanel Iman dan pemain New York Giants Sterling Shepard meluncurkan produk edisi terbatas untuk peritel e-commerce Amazon.com Inc. (AMZN.O).

"Kami hanya menjual ke saluran (off price) itu inventori yang kami coba bersihkan. Kami pikir itu tak bagus untuk brand," kata Bergh.

Analis Jane Hali & Associates, Jessica Ramirez mengatakan, dalam jangka panjang model penjualan langsung-ke-konsumen Levi's akan membuahkan hasil. Tetapi masalah dalam bisnis grosir tetap menjadi perhatian.

Baca Juga: Produsen Pakaian Ini Tulis Hong Kong dan Macao adalah Negara di Bajunya, Warga China Geram

Pendapatan dari bisnis langsung ke konsumen di Amerika Serikat naik 7 persen pada kuartal yang berakhir 25 Agustus. Hal itu didorong oleh kekuatan merek unggulan Levi's. Sementara penjualan dari grosir turun 4 persen.

Namun, menurut laporan themds.com, pertumbuhan penjualan sebesar 14 persen di Eropa memberikan kompensasi atas performa buruk brand Levi's di Amerika, pasar utama mereka.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: