Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

China Kurangi Impor Kedelai AS, Peluang CPO Indonesia Terbuka

China Kurangi Impor Kedelai AS, Peluang CPO Indonesia Terbuka Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perang dagang antara Amerika Serikat-China yang telah terjadi selama 15 bulan menyebabkan pasar global terguncang serta ekspor produk pertanian dari AS ke China ikut terpangkas.

Berbalas tarif justru dijadikan senjata oleh dua negara dengan perekonomian terbesar tersebut untuk saling menekan lawan. Petani di Amerika Serikat terus dibombardir dengan adanya kabar buruk terkait tarif masuk kedelai yang ditetapkan China.

Tarif impor produk dari AS ke China termasuk kedelai sudah naik 22% dan per 1 September 2019 terdapat penambahan bea masuk sebesar 5%-10% atau senilai US$75 miliar.

Baca Juga: Serangan Nggak Ada Matinya Bos! Perang Dagang AS-China Makin Parah!

Kementerian Pertanian Amerika Serikat mencatat hanya 1,18 juta ton kedelai yang diimpor oleh China dari AS pada akhir bulan lalu. Pada 2018, tercatat 6,5 juta ton kedelai diimpor oleh China dari AS, yang mana jumlah ini hanya 21,7% dibandingkan sebelum perang dagang terjadi.

China sudah beralih status dari loyal customer kedelai AS menjadi temporary customer kedelai dari Brasil. Keputusan China untuk mengurangi konsumsi kedelai mengakibatkan kondisi petani dan industri pertanian di AS semakin merosot.

Dikutip dari Reuters, pada tahun 2018 lalu China mengimpor kedelai dari Brasil sebanyak 84 juta ton. Selain itu, China juga memperbanyak impor gandum dari Rusia. Tindakan ini dilakukan China sebagai respons perubahan tarif AS terhadap produk China.

Namun, untuk periode November 2019 mendatang, stok kedelai di Brasil sangat terbatas sehingga diprediksi terjadi kenaikan harga mencapai US$2/gantang. 

Tidak hanya stok kedelai Brasil yang kian menipis, tetapi permintaan kedelai domestik China untuk pakan ternak juga semakin rendah. Penurunan kebutuhan kedelai berarti sedikitnya jumlah minyak nabati yang dihasilkan sehingga minyak nabati lain berpotensi untuk mengisi kekosongan.

Kondisi ini diprediksi analis menjadi peluang besar bagi produsen dan eksportir minyak sawit mentah Indonesia. Ekspor CPO Indonesia dan produk turunannya (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) ke China tercatat naik sebesar 39% dari 1,82 juta ton pada 2018 menjadi 2,54 juta ton pada semester I-2019.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: