Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lebih Murah dari Fungisida, Kementan Dorong Pengendalian Penyakit Blas dengan Agens Hayati

Lebih Murah dari Fungisida, Kementan Dorong Pengendalian Penyakit Blas dengan Agens Hayati Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penggunaan agens hayati sekarang ini semakin diminati petani. Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani agar mulai memanfaatkan penggunaan agens hayati untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Petugas OPT dari Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, Kementan, Irwan mengatakan, penggunaan agens hayati ini ramah lingkungan, bahannya mudah diperoleh. Bahkan lebih murah dan aman secara ekologis.

"Salah satu penyakit yang bisa ditangani dengan agens hayati adalah blas. Penyakit blas adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Ciri penyakit ini dapat dilihat dari gejala khasnya, blas daun berbentuk belah ketupat," kata Irwan di Karawang, Minggu (13/10/2019).

Baca Juga: Kementan Kawal Optimalisasi Alsintan untuk Tingkatkan Luas Tambah Tanam

"Ciri penyakit blas yang lebih khas adalah warna gejalanya abu di pusat dikelilingi warna kuning kemudian coklat di bagian terluar," tambahnya.

Irwan menjelaskan jika blas daun tidak segera ditangani bisa mengakibatkan neck blas atau patah leher. Akibatnya, malai hampa sehingga mengurangi produktivitas.

"Cara pengendaliannya dengan penggunaan paenibacillus. Selain aplikasi di persemaian dan pertanaman, paenibacillus juga diaplikasikan pada saat benih belum sebar dengan cara perendaman selama 15 sampai 20 menit," terangnya.

Terpisah, Rusli dari Kelompok Tani Nanjung Jaya Desa Ujung Jaya Kecamatan Ujung Jaya Sumedang mengungkapkan, hamparannya pada tiga tahun lalu merupakan daerah endemis blas dengan tingkat serangan mendekati 30%. 

"Jika serangan blas berkembang menjadi teklik atau patah leher bisa menyebabkan berkurangnya produksi," sebutnya.

Rusli menjelaskan, untuk mengendalikan penyakit blas ini yakni dengan menggunakan paenibacillus polymyxa dengan dosis 5 cc per liter air. Pengaplikasianya yakni pada persemaian, umur dua minggu setelah tanam (MST), 4 MST, 6 MST dan 8 MST.

"Alhamdulillah serangan blas bisa ditekan menjadi 5 persen dan tidak berkembang menjadi patah leher. Paenibacillus lebih murah dibandingkan dengan fungisida," jelasnya.

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: