Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kembali Beraksi, Crazy Rich Surabaya Lakukan Deklarasi Investasi

Kembali Beraksi, Crazy Rich Surabaya Lakukan Deklarasi Investasi Kredit Foto: Forkas Jatim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masih ingat dengan Crazy Rich Surabaya? Pengusaha kaya yang sempat viral ketika menukarkan dolarnya ke Bank Indonesia (BI) kala itu, kini beraksi lagi. Kini, sebanyak 43 asosiasi dunia usaha yang tergabung dalam Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jawa Timur menggelar deklarasi bertema Bersatu dan Damailah Indonesia guna menjaga kerukunan sekaligus mewujudkan iklim usaha kondusif.

Di antara asosiasi yang ikut itu adalah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (Indonesian Sawmill and Wood Working Association/ISWA), Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ikatan Bankir Indonesia (IBI), dan Gabungan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (GAKI). Selain melibatkan para pengusaha, kegiatan deklarasi juga memperoleh dukungan dari para pekerja sektor industri manufaktur dan jasa dengan jumlah total 4.000 orang.

Baca Juga: Kerajaan Bisnis Sukanto Tanoto, Si Crazy Rich Medan Penguasa Lahan Ibu Kota Baru

Ketua Umum Forkas Jatim, Nur Cahyudi, mengatakan bahwa kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menyikapi kondisi akhir-akhir ini, yaitu banyak terjadi konflik sosial yang dikhawatirkan berdampak pada kelancaran kegiatan ekonomi.

"Kami para pengusaha dan pekerja menolak gerakan massa yang dapat memicu perpecahan masyarakat Indonesia agar suasana tetap kondusif. Dengan demikian, kegiatan ekonomi berjalan normal dan ekspor terus meningkat serta investasi bisa masuk,” ujar Nur Cahyudi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Menurut dia, deklarasi damai yang digelar Forkas juga sejalan dengan kebijakan Pemprov Jatim dalam merawat/menjaga kerukunan serta suasana damai di Jatim yang diistilahkan "Jogo Jawa Timur”. Karena itu, Forkas mendukung aparat penegak hukum untuk menindak siapa pun yang berupaya memecah belah persatuan bangsa.

"Suasana damai diperlukan agar Jawa Timur menarik bagi calon investor asing guna menanamkan modalnya di provinsi ini sehingga penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi bisa meningkat,” papar Nur. Dia menambahkan, jumlah angkatan kerja di Jawa Timur terus bertambah tiap tahun. Untuk menekan angka pengangguran dibutuhkan keberlangsungan sektor industri.

"Berdasarkan data yang disampaikan pihak Pemprov Jatim, tingkat pengangguran terbuka di Jatim mencapai 830.000 orang dan sebanyak 5 juta jiwa bekerja di bawah 5 jam per hari. Kondisi seperti ini perlu diatasi antara lain dengan mempertahankan keberlangsungan sektor industri,” ungkap Nur.

Karena itu, Forkas Jatim yang menghimpun 47 asosiasi pengusaha mendorong seluruh pemangku kepentingan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif demi pertumbuhan ekonomi dan investasi di Jatim. Data BPS Jatim menunjukkan, ekonomi Jatim pada triwulan II 2019 tercatat meningkat 5,72% secara year-on-year (yoy). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi di Jatim hingga triwulan II sebesar 5,64%.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menambahkan bahwa saat ini Jatim mendapat rangking ke-6 terbesar di dunia yang memiliki iklim usaha yang baik. Menurutnya, berdasarkan riset Mc Kensey pada tahun 2030, pertumbuhan ekonomi Indonesia masuk ke dalam skala 7 besar dunia. Sementara itu, Price Waterhouse dan Coopers (PwC) menyampaikan bahwa pada 2050 Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia ke-4.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kategori penyediaan akomodasi serta makanan dan minuman yang naik 7,89%. Pertumbuhan tersebut berkaitan dengan meningkatnya industri pariwisata di Jatim. Selain itu, jasa perusahaan juga tumbuh cukup tinggi yakni 7,69% dan jasa kesehatan serta kegiatan sosial 7,32%.

Wakil Ketua HIMKI Jatim, Peter S. Tjioe, mengatakan kegiatan industri manufaktur yang eksisting perlu dirawat keberlangsungannya. Dengan begitu, dibutuhkan suasana tenang guna memperlancar kegiatan produksi di pabrik, di tengah semakin ketatnya persaingan di tingkat global.

"Kalau kegiatan industri terganggu oleh konflik sosial, sektor industri manufaktur Indonesia akan semakin tertinggal dan bahkan bisa kolaps. Padahal, keberlangsungan industri, terutama industri padat karya, dibutuhkan untuk mengurangi jumlah pengangguran,” tandasnya.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: