Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perhatikan! Hasil Survei Sebut 81 Persen Kebutaan di Indonesia Diakibatkan Katarak

Perhatikan! Hasil Survei Sebut 81 Persen Kebutaan di Indonesia Diakibatkan Katarak Kredit Foto: Diamond Vision
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016 oleh Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan di 15 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua Barat) diketahui angka kebutaan mencapai 3 persen dan katarak merupakan penyebab kebutaan tertinggi sebesar 81 persen. Survei tersebut dilakukan dengan sasaran populasi usia 50 tahun ke atas.

"Saat ini kurang lebih 90 persen ganggguan penglihatan terdapat di wilayah penduduk berpenghasilan rendah, 82 persen kebutan terjadi pada usia 50 tahun atau lebih. Sebenarnya 80 persen gangguan penglihatan termasuk kebutaan dapat dicegah dan ditangani," jelas Ketua PP Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dr. M. Siddik, Sp. M.

Diperkirakan pengeluaran rata-rata per pasien yang mengalami kebutaan adalah hampir dua kali lipat dari biaya lainnya. Sementara, untuk buta dengan dua mata diperkirakan akan mengeluarkan biaya berkisar USD12.175-14.029 atau sekitar Rp170-196 juta. Belum lagi ditambah dengan biaya tidak langsung yang cukup besar karena kerugian produktivitas.

Baca Juga: Penyakit Katarak di Indonesia Akan Meningkat di Tahun 2030, Kenapa?

Jika dibiarkan, rawan terjadi tsunami katarak. Menurut penjelasan Dr. Siddik, tsunami katarak adalah bahwa dengan bertambahnya Usia Harapan Hidup (UHH) diperkirakan pada tahun 2030 itu semua pendudk di atas usia 50 tahun akan banyak, sekitar 25 persen.

"Itu usia dimana seseorang rawan menderita katarak. Jadi jumlah penderita katarak pasti bertambah banyak," ucapnya.

Tren umur harapan hidup Indonesia terus meningkat secara siginifikan. Rata-rata UHH meningkat dari usia 63 tahun pada 1990 menjadi 69 tahun pada tahun 2017. Ini artinya peningkatan usia harapan hidup akan berdampak pada peningkatan penyakit penyakit degeneratif. Dampaknya akan terjadi peningkatan kasus katarak, dan gangguan penglihatan lainnya yang diakibatkan oleh penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan glaukoma.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: