Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tarik Pasukan dari Suriah, AS Hancurkan Markas Militernya Sendiri

Tarik Pasukan dari Suriah, AS Hancurkan Markas Militernya Sendiri Kredit Foto: (Foto: Reuters)
Warta Ekonomi, Damaskus -

Pangkalan penting Amerika Serikat yang ada di Suriah dihancurkan oleh serangan udara setelah penarikan pasukan AS yang ditempatkan di sana. Pengeboman tersebut dilakukan oleh pihak AS, diduga guna mencegah fasilitas itu digunakan oleh kekuatan asing, terutama kelompok teroris.

 

Pabrik semen Lafarge dekat Kobani merupakan tempat pangkalan bersama AS-Prancis, yang ditinggalkan pada Rabu sebagai bagian dari penarikan umum yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump. Berbagai sumber lokal melaporkan bahwa fasilitas di Kharab'Ashaq itu dibom tak lama setelah penarikan pasukan AS.

 

Pejabat AS mengonfirmasi serangan udara itu pada Rabu malam, menuturkan pengeboman itu telah direncanakan sebelumnya dan dimaksudkan "untuk mencegah pusat operasi koalisi digunakan oleh pasukan asing”, demikian diwartakan RT, Kamis (17/10/2019).

 

Baca Juga: Balaskan Dendam Saudi, Amerika Serikat 'Serang' Iran dengan . . . .

 

 

Pejabat tersebut menyebutkan bahwa serangan itu menargetkan sisa amunisi dan kendaraan yang ditinggalkan di pangkalan, seraya menambahkan bahwa tidak ada pasukan koalisi yang terluka.

 

Milisi Kurdi yang beraliansi dengan AS telah menguasai daerah itu sejak membebaskannya dari teroris Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS). Kelompok tersebut sebelumnya menolak untuk bergabung kembali ke Suriah, didukung oleh desakan Washington terhadap pergantian rezim di Damaskus. Namun, karena serbuan tentara dan militan yang didukung Turki, mereka membuat perjanjian dengan pemerintah Suriah.

 

Serangan udara di dekat Kobani pada Rabu tampaknya dimaksudkan untuk menghindari rahasia pasukan AS, apa pun itu, jatuh ke tangan pasukan Turki atau pasukan pemerintah Suriah yang bergerak masuk.

 

Sementara, serangan Turki ke Suriah, yang dijuluki 'Operation Peace Spring,' tampaknya telah terhenti. Terlepas dari ancaman sanksi AS dan kecaman dari anggota NATO lainnya, Ankara terus bersikeras untuk menciptakan "zona aman" sepanjang 20 kilometer di sepanjang perbatasan Suriah-Turki dengan alasan mengganggu kegiatan milisi Kurdi, yang telah dinyatakan sebagai teroris oleh Turki.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: