Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wah! Ibu Kota Baru Butuh Tambahan Kapasitas Pembangkit Listrik Sebesar 1.555 MW

Wah! Ibu Kota Baru Butuh Tambahan Kapasitas Pembangkit Listrik Sebesar 1.555 MW Kredit Foto: PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ibu kota baru Republik Indonesia yakni Penajam Paser Utara-Kutai Kartanegara diperkirakan bakal membutuhkan listrik yang mencapai 1.196 MW. Artinya, dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sekitar 1.555 MW untuk menyuplai listrik wilayah tersebut.

"Kebutuhan tambahan tenaga listrik di ibu kota baru sekitar 1.196 MW sehingga membutuhkan pembangkit sekitar 1.555 MW (termasuk menjaga reserve margin 30%)," jelas Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (25/10/2019).

Baca Juga: Menkominfo Johnny Lanjutkan Program Smartcity di Ibu Kota Baru

"Selain itu, untuk menjaga keandalan pasokan listrik di ibu kota baru sebaiknya tidak hanya mengandalkan pasokan dari sistem interkoneksi, tetapi diperlukan tambahan pembangkit baru yang berlokasi dekat atau berada di Provinsi Kalimantan Timur," lanjut Rida.

Dirinya menambahkan, berdasarkan RUPTL PLN 2019-2028, tambahan pembangkit sampai dengan tahun 2024 di Provinsi Kalimantan Timur hanya sebesar 691 MW, masih diperlukan tambahan pembangkit baru sekitar 864 MW di wilayah tersebut. "Perlu percepatan pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik) untuk mendukung keandalan sistem kelistrikan ibu kota baru sehingga RUPTL PLN 2019-2028 perlu penyesuaian," tukas Rida.

Sebagaimana diketahui, pada tanggal 26 Agustus 2019 lalu, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan hasil kajian Pemerintah mengenai lokasi ibu kota baru Republik Indonesia yang baru. Hasil kajian tersebut menyimpulkan bahwa lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, provinsi Kalimantan Timur.

Saat ini kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Timur dipasok oleh Sistem Interkoneksi Kalimantan yang merupakan interkoneksi antara subsistem Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dan subsistem Mahakam di Kalimantan Timur. Kondisi kelistrikan di Sistem Interkoneksi Kalimantan adalah daya mampu netto 1.569,1 MW dengan beban puncak mencapai 1.094,9 MW sehingga tersisa cadangan sebesar 474,2 MW (30%). Rasio elektrifikasi (RE) di Provinsi Kalimantan Timur status Juli 2019 adalah 99,99%. Adapun rasio elektrifikasi di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 99,99%.

Beban listrik di Kabupaten Penajaman Paser Utara baru mencapai 15,89 MVA yang dipasok dari 1 GI, yaitu GI Petung dengan kapasitas GI sebesar 90 MVA. Beban listrik di Kabupaten Kutai Kartanegara baru mencapai 117,54 MVA yang dipasok dari 3 GI, yaitu GI Karang Joang, GI Manggarsari, dan GI Senipah dengan total kapasitas GI sebesar 290 MVA.

Spesifikasi pengembangan kelistrikan ibu kota baru yang ideal menurut Rida adalah zero down time (perlu minimal 3 layers sumber pasokan tenaga listrik), circular configuration grid & smart grid (termasuk dilengkapi Energy Storage System - ESS), jaringan tegangan tinggi, menengah, dan rendah (TT, TM, & TR) menggunakan under ground cable, pembangkit EBT untuk menggantikan dominasi PLTU, dan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: