Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PHM Laporkan Sumur Baru MD-111 Produksi Gas 17 MMscfd

PHM Laporkan Sumur Baru MD-111 Produksi Gas 17 MMscfd Kredit Foto: PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM)
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) selaku operator Wilayah Kerja Mahakam dengan dukungan SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Indonesia selaku induk perusahaan mengumumkan bahwa sumur baru MD-111 di Lapangan Mandu, area South Mahakam, per 21 Oktober 2019 telah menghasilkan produksi berupa gas sebanyak 17 MMscfd dan kondensat sebanyak 950 bcpd (barrel condensate per day). PHM memperkirakan pada minggu pertama November 2019, produksi gas dari sumur MD-111 ini akan mencapai puncaknya, yakni 35 MMscfd.

Sumur tersebut pada 26 September 2019 lalu selesai dibor menggunakan jack-up Rig Tasha dengan mendapatkan hasil yang sangat baik yaitu reservoir dengan total ketebalan 92 meter gas dan 19 meter minyak. Cadangan gasnya diperkirakan mencapai 20,7 Bcf dan cadangan minyak mencapai 100.000 barel. Besarnya cadangan gas dari sumur ini sangat menggembirakan, khususnya di WK Mahakam yang sudah masuk fase penurunan produksi alamiah (natural decline) karena semula ketebalan reservoir yang diprediksi dari MD-111 adalah 25 meter gas dengan cadangan gas 5 Bcf.

Baca Juga: Maksimalkan Produksi dan Efisiensi Biaya, Begini Upaya Pertamina di Blok Mahakam

Temuan positif pada sumur MD-111 ini menyusul keberhasilan sumur MD-109 di panel yang sama, yakni di Mandu Central Panel, pada tahun 2018. Proses untuk memutuskan apakah akan mengebor sumur di Mandu Central Panel bukan hal mudah mengingat kompleksitas kondisi geologi di Lapangan Mandu. Kompleksitas ini dikarenakan adanya patahan-patahan yang memisahkan Lapangan Mandu menjadi beberapa panel yang memberikan akumulasi hidrokarbon yang berbeda sehingga sulit untuk memastikan apakah sumur yang akan dibor ini berada di ladang gas atau ladang minyak.

Kajian bawah permukaan bumi (sub-surface) oleh tim PHM akhirnya mampu mengidentifikasi potensi kandungan hidrokarbon di masing-masing panel tersebut. Kajian ini sangat  krusial mengingat fasilitas di platform MD1 yang berada di East Mandu Panel lebih dikhususkan untuk gas dan bukan minyak. Tim PHM mengebor  sumur MD-111 dengan menggunakan kepala sumur dari platform MD1, yang berjarak 2,5 km dari sumur.

Aktivitas pengeboran ini diselesaikan dengan durasi yang lebih singkat dibanding operasi sejenis. Hal itu karena para engineer di PHM membuat inovasi dengan mengurangi jumlah casing string (pipa pembungkus yang diturunkan ke lubang pengeboran kemudian disemen untuk mengamankan sumur) yang biasa berjumlah 4 menjadi 3. Sebelumnya, untuk pengeboran sumur di Mandu selalu dipasang 4 casing (heavy architecture) guna mengamankan aspek shallow gas hazards (terjadinya semburan gas yang tak terkendali dari sumur-sumur dangkal) dan total losses (karena melewati lapisan batuan gamping yang cukup tebal).

General Manager PHM, John Anis, menyatakan kegembiraannya atas produksi dari sumur MD-111 ini karena memberikan berkontribusi yang cukup besar terhadap keseluruhan produksi di WK Mahakam.

"Keberhasilan ini merupakan bukti usaha tanpa henti oleh PHM untuk terus mengembangkan potensi-potensi di Wilayah Kerja Mahakam. Dan untuk itu, kami mengerahkan segala daya upaya semaksimal mungkin dengan terus mencari berbagai terobosan dan inovasi yang kreatif serta selalu mengutamakan keselamatan, efisiensi, dan pengambilan risiko yang terukur," tutupnya dalam keterangan tertulis yang didapat Warta Ekonomi, Senin (28/10/2019).

Baca Juga: Pemprov Bali Bakal Sediakan Loket Pungutan Wisman di Terminal Domestik Bandara

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: