Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wow, Laba Bersih Bank Permata Melonjak 121% di Kuartal III

Wow, Laba Bersih Bank Permata Melonjak 121% di Kuartal III Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bank Permata Tbk berhasil membukukan kenaikan laba bersih pada kuartal III 2019 sebesar 121% menjadi Rp1,1 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp494,15 miliar.

Di sisi lain, laba operasional bank juga mengalami pertumbuhan sebesar 15% menjadi Rp2,1 triliun dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba operasional tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 3,0% dan pendapatan operasional selain bunga sebesar 22%. Kualitas aset bank juga lebih sehat yang  tercermin pada penurunan biaya cadangan kredit sebesar 50% menjadi Rp741 miliar di akhir September 2019.

Baca Juga: Pemasukan Susut, Laba Intiland Turun Tajam

Direktur Utama Bank Permata, Ridha DM Wirakusumah, mengungkapkan pertumbuhan laba bersih yang cukup signfikan ini didorong oleh kinerja bisnis yang kuat, peningkatan aset, serta likuiditas yang optimum.

"Kami juga menerapkan disiplin pengelolaan biaya operasional sehingga dapat dijaga pada level yang konstan di tengah berbagai investasi yang dilakukan bank dan tekanan inflasi. Begitu juga dengan inovasi dalam produk dan pelayanan, termasuk peningkatan kualitas digital banking yang membantu menumbuhkan portofolio kredit kami," kata Ridha di Jakarta, Selasa (29/10/2019).

Selain itu, ungkapnya, kepercayaan masyarakat kepada Bank Permata pun terus tumbuh yang ditunjukkan dengan kenaikan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 2% (yoy). Kenaikan ini dikontribusi oleh pertumbuhan dana Giro dan Tabungan masing-masing sebesar 11% dan 6%.

Ridha mengatakan bahwa pertumbuhan penyaluran kredit juga mengalami peningkatan 1% (yoy) menjadi Rp107,6 triliun pada September 2019. Pertumbuhan tersebut ditopang dari retail banking dan wholesale banking.

“Pertumbuhan kredit netto secara marjinal ini terutama disebabkan percepatan penyelesaian kredit bermasalah yang menyebabkan penurunan jumlah kredit yang diberikan. Secara bruto, kredit sehat yang diberikan tumbuh sebesar 8% dibandingkan dengan tahun lalu, yang dibukukan secara selektif dengan mengutamakan kualitas aset sesuai dengan kerangka kerja manajemen risiko kredit yang lebih pruden," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: