Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Korban Senjata Makan Tuan, Dolar AS Getir Bukan Kepalang!

Jadi Korban Senjata Makan Tuan, Dolar AS Getir Bukan Kepalang! Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga yang ketiga kalinya sebesar 25 bps menjadi 1,5% hingga 1,75% diklaim menjadi upaya pemerintah untuk menjaga ekonomi AS supaya tetap kuat. Namun, hal itu justru menjadi boomerang bagi pergerakan mata uang safe haven, dolar AS.

Bak menjadi korban senjata makan tuan, dolar AS menerima nasib getir bahkan sejak perdangan spot Kamis (31/10/2019) dimulai. Pagi tadi, cengkraman rupiah membuat dolar AS terdepresiasi hingga 0,23% dan harus tunduk di level Rp13.990. 

Baca Juga: The Fed Pangkas Suku Bunga, Bursa Asia Bergembira!

Tak cuma rupiah, seluruh mata uang utama di dunia juga membuat mata uang Paman Sam itu tertekan dari segala penjuru. Tak ada satu pun mata uang yang mau mengalah pada dolar AS dan justru saling adu kuat dalam menekan, termasuk di dalamnya adalah doalr Australia, euro, poundsterling, dolar New Zealand, dolar Kanada, dan franc. 

Pasukan mata uang Asia pun kompak melawan. Alhasil, dolar AS dibuat takluk oleh dolar Taiwan, baht, dolar Singapura, won, yen, dolar Hongkong, yuan, dan tentu saja rupiah. Terhitung sampai dengan pukul 10.13 WIB, rupiah terapresiasi sebesar 0,12% ke level 14.010 per dolar AS. 

Baca Juga: Masih Berdarah-Darah, Rupiah di Posisi Kedua Terbawah!

Meski begitu, performa mata uang Garuda pada hari ini belum maksimal karena masih tertekan di hdapan dolar Australia (-0,21%), poundsterling (-0,07%), dan euro (-0,03%).

Sementara itu, jika disandingkan dengan mata uang Benua Kuning, rupiah berada di posisisi kelima sebagai mata uang terkuat di Asia setelah dolar Taiwan (-0,20%), won (-0,17%), yuan (-0,15%), dan yen (-0,02%). Adapun mata uang Asia yang mampu ditaklukkan rupiah meliputi ringgit (0,18%), baht (0,13%), dolar Singapura (0,09%), dan dolar Hongkong (0,06%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: