Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mark Bukukan Laba Bersih Rp65,49 M per September

Mark Bukukan Laba Bersih Rp65,49 M per September Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), emiten produsen cetakan sarung tangan yang berlokasi di Kawasan Industri Medan Star, Deli Serdang, Sumatera Utara berhasil memperoleh laba bersih pada kuartal III tahun 2019 sebesar Rp 65,49 miliar yang meningkat sebesar 11,32% jika dibandingkan dengan kuartal III tahun 2018 sebesar Rp 58,83 miliar. 

Peningkatan laba komprehensif ini juga diiringi dengan peningkatan penjualan perseroan pada kuartal III tahun 2019 sebesar 11,13% menjadi Rp 267,21 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 240,44 miliar.

Presiden Direktur MARK, Ridwan Goh menyampaikan bahwa penjualan yang diperoleh MARK pada kuartal III tahun 2019 ini merupakan 94,02% pasar ekspor dan sisanya sebesar 5,98% untuk pasar domestik. Nilai penjualan ekspor di kuartal III tahun 2019 lebih besar 9,98%  dari penjualan ekspor di periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara konstribusi pasar ekspor pada triwulan III tahun 2018 mencapai 95,10% dari total penjualan. 

"Ini menunjukkan bahwa Perseroan berhasil meningkatkan nilai penjualan ekspor sekaligus meningkatkan pasar baru domestik," katanya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Baca Juga: Meski Kondisi Global Tak Stabil, Laba Mark Dynamics Melonjak 25%

Menurutnya, pencapaian yang diraih oleh MARK tidak terlepas dari dari keberhasilan perseroan menjaga tingkat efisiensi seraya mempertahankan kualitas produk sesuai dengan permintaan pelanggan. Hal ini dilihat dari tercapainya margin laba kotor sebesar 44,18% dengan nilai sebesar Rp 118,04 miliar. 

"Nilai ini lebih baik dari pencapaian perseroan pada periode yang sama di tahun sebelumnya dengan pencapaian margin laba kotor sebesar 43,61% dengan nilai sebesar Rp 104,85 miliar," jelasnya. 

Perang Dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok juga memberi berkah bagi industri sarung tangan karet, dimana kenaikan tarif impor yang diberlakukan AS kepada produk Tiongkok dari 10% menjadi 25% efektif per 1 September 2019. Hal ini membuat industri sarung tangan karet berpotensi menggeser pasar sarung tangan Vinyl dan Nitrile produksi Tiongkok yang saat ini menguasai 44% impor sarung ke AS. 

Saat ini perusahaan pemasok sarung tangan terbesar secara global adalah negara Malaysia dengan 63%, diikuti Thailand dengan 18%, Tiongkok 10% dan kontribusi langsung Indonesia hanya 3%. Perang dagang dengan tarif impor yang tinggi ke AS atas produk Tiongkok akan menggeser peta pasar sarung tangan AS. 

“Pemasok utama sarung tangan AS akan bergeser dari Tiongkok ke Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Secara tidak langsung hal ini akan menjadi sinyal positif bagi kinerja Perseroan,” kata Ridwan.

Baca Juga: Jajaki Ekspor ke Sri Langka dan India, Mark Dynamics Bidik Laba Rp100 Miliar

Pertumbuhan kinerja operasional yang dicapai perseroan pada kuartal III tahun 2019 berjalan seiring dengan peningkatan kinerja keuangan dimana total aset perseroan meningkat sebesar 36,09% menjadi Rp 432,86 miliar per 30 September 2019 dibandingkan dengan Rp 318,08 miliar per 31 Desember 2018. 

Aset lancar mengalami peningkatan sebesar 43,53%  dengan nilai sebesar Rp 232,73 miliar per 30 September 2019 dibandingkan dengan Rp 162,14 miliar per 31 Desember 2018. Sementara peningkatan aset tidak lancar sebesar 28,35% dengan nilai Rp 200,13 miliar per 30 September 2019 jika dibandingkan dengan Rp 155,93 miliar per 31 Desember 2018.

Peningkatan kinerja operasional MARK ini juga diiringi dengan sudah beroperasinya pabrik baru perseroan yang beralamat di Jalan Utama Dusun I Desa X-A, Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara sejak bulan Agustus dengan kapasitas 80k unit per bulan. Adapun pengoperasian pabrik baru perseroan ini mengalami sedikit keterlambatan dari waktu yang sudah ditetapkan dikarenakan pengurusan proses izin yang lebih lama dari perkiraan perseroan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: