Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aplikator Taksi Online Ini Masih Merugi, Takut Ditinggal Sama . . . .

Aplikator Taksi Online Ini Masih Merugi, Takut Ditinggal Sama . . . . Kredit Foto: TechCrunch
Warta Ekonomi, Surakarta -

Uber membukukan kerugian senilai US$1,2 miliar, lebih kecil dari defisit kuartal periode sebelumnya yang mencapai US$5,2 miliar. Angka itu mengalahkan ekspektasi analis. 

Namun, perusahaan tak bisa tenang dulu. Sebab mereka dihadapkan dengan tantangan lain; risiko karyawan menjual kembali saham mereka pada akhir pekan ini.

'Tak cuma itu, Uber juga ada di bawah tekanan karena pesaingnya, Lyft membukukan kerugian dan angka pertumbuhan yang lebih baik," tulis Sydney Morning Herald dalan laporannya, dikutip Rabu (6/11/2019).

Baca Juga: Kalau Enggak Bisa Luluhkan Hati Investor Publik, Bisnis Uber dan Lyft di Ujung Tanduk!

Namun, perusahaan itu malah menggembar-gemborkan pertumbuhan pendapatan hingga 30% serta peningkatan pengembalian pada segmen berbagi tumpangan karena perang harga yang mereda.

Penilaian Uber telah diiris oleh pihak ketiga sejak terdaftar di pangsa pasar dengan harga US$45 pada Mei lalu.

Saham Uber turun lebih dari 5% dalam perdagangan, setelah perusahaan membukukan kerugian melampaui $ 1 miliar untuk 3 kali berturut-turut.  

Analis juga meragukan performa Uber setelah ada sedikit penurunan pada pemesanan kotor dan volume permintaan dari layanan roda emoat dan pesan-antar makanannya. 

Menurut Analis Wedbush Securities, Dan Ives, Uber harus bisa mencetak laporan keuangan A-plus untuk meredakan keraguan investor. Namun, mereka justru mencetak B-minus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: