Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Demi Pemilu, Trump Bakal Melunak Soal Perang Dagang?

Demi Pemilu, Trump Bakal Melunak Soal Perang Dagang? Kredit Foto: Foto/REUTERS/David Becker/Files
Warta Ekonomi, Jakarta -

International Monetary Fund (IMF) baru-baru ini menyebut bahwa dampak dari perang dagang AS-China bisa menggerus porsi perekonomian global sedikitnya setara dengan perekonomian negara Swiss.

Porsi penurunan tersebut dihitung dari besaran tarif yang telah diberlakukan untuk 2020 mendatang, yang diyakini dapat memangkas pertumbuhan ekonomi minimal 0,8 persen. Meski telah dilakukan sejumlah proses negosiasi, namun faktanya secara keseluruhan perang dagang telah terjadi dalam 18 bulan terakhir.

"Di tengah proses negosiasi yang telah diupayakan beberapa kali, mereka (AS dan China) juga masih terus terlibat dalam aksi saling berbalas tarif untuk produk impor di masing-masing negara," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva beberapa waktu lalu.

Baca Juga: IMF: Ekonomi Global Sudah Sakit 10 Tahun Terakhir

Meski demikian, sejumlah pihak mulai memperkirakan bahwa ketegangan perang dagang bakal segera berakhir. Prediksi tersebut, di antaranya, disampaikan oleh Head of Equity Research PT BNI Sekuritas, Kim Kwie Sjamsudin di sela BNI Sekuritas Investment Forum: Navigating Through Global Uncertainties di Jakarta, Rabu (6/11/2019) lalu.

Menurut Kim, gelaran Pemilu AS pada 2020 mendatang bakal membuat Trump, yang notabene kembali mencalonkan diri sebagai Presiden AS periode berikutnya, sedikit melunak dan tak lagi agresif dalam perseteruannya melawan China.

"Dia (Trump) akan coba mencari titik temu untuk menghindari resesi karena tidak ada satu pun presiden yang bisa kembali naik tahta ketika di periode sebelumnya justru terjadi resesi. Siapa yang mau memilih presiden yang terbukti tidak bisa mengantisipasi terjadinya resesi?" ujar Kim.

Menurut Kim, secara sosial memang harus diakui bahwa sudah sejak lama masyarakat AS secara garis besar cukup jengkel dengan China. Kejengkelan itu didasari dengan sangat membanjirnya produk China di pasar dalam negeri AS.

Dengan kondisi tersebut, masyarakat AS menilai bahwa kemajuan ekonomi yang terjadi di China saat ini tak lepas dari strategi trickey yang sengaja dijalankan untuk memanfaatkan stabilitas ekonomi dan kuatnya daya beli di pasar AS.

"Mereka (masyarakat AS) merasa dimanfaatkan, karena itu mereka jengkel. Jadi, jangan heran bila meski di level dunia sosok Trump cukup banyak disorot, banyak dikritik, tapi di dalam negerinya sendiri dia lebih populer. Dia lebih disukai karena dianggap sebagai presiden pertama yang berani tegas dan keras terhadap China," tutur Kim.

Baca Juga: AS-China Berani Hapus Tarif Impor, Yakin Nih Trump dan Xi Jinping?

Dengan popularitas yang sudah dimiliki, dalam pandangan Kim, yang diperlukan Trump dalam menyongsong Pemilu AS 2020 mendatang adalah tinggal menciptakan stabilitas ekonomi di dalam negerinya.

Hal itu hanya bisa didapatkan dengan tidak lagi bersikap konfrontatif terhadap China, melainkan mencari jalan tengah agar ancaman terjadinya resesi akibat perang dagang dapat diminimalisasi.

"Dia (Trump) sudah citizen darling di sana, jadi nggak perlu digas lagi. Tinggal hindari potensi terjadinya resesi. Dengan begitu, sosok dia jadi semakin sempurna, yaitu tegas terhadap China namun tetap bisa menjaga AS dari bahaya resesi," tegas Kim.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: