Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suasana Kacau, Polisi Hong Kong Tembakkan Gas Air Mata di Kampus Universitas

Suasana Kacau, Polisi Hong Kong Tembakkan Gas Air Mata di Kampus Universitas Kredit Foto: Sindonews
Warta Ekonomi, Hong Kong -

Kepolisian Hong Kong menembakkan gas air mata di kampus universitas pada Selasa (12/11). Warga kota itu pun kesulitan berangkat kerja karena layanan transportasi terganggu dan para aktivis merencanakan unjuk rasa di sejumlah tempat. Terjadi suasana kacau saat sejumlah orang mendatangi stasiun-stasiun metro tetapi keluar lagi dengan kecewa karena layanan tutup. Mereka pun memenuhi trotoar jalan untuk menunggu bus atau transportasi alternatif setelah layanan kereta ditunda atau dihentikan.

Beberapa ruas jalan ditutup sejak pagi saat kemacetan lalu lintas terjadi pada jam sibuk, sehari setelah salah satu unjuk rasa terparah di Hong Kong. Seorang demonstran ditembak oleh polisi dan seorang pria terbakar pada Senin (11/11). Kepolisian anti-huru-hara dikerahkan di sejumlah stasiun metro dan operator kereta MTR Corp meminta warga menggunakan mode transportasi lain.

"Sangat tidak nyaman bagi saya karena saya memiliki beberapa rapat di Central," ungkap pria 38 tahun yang hanya menyebut namanya Rodney. Dia bekerja sebagai konsultan hukum untuk perusahaan internasional.

Baca Juga: Anggota Parlemen Pro-Beijing Ditusuk, China: Demonstran Hong Kong Mafia

"Semoga mitra saya akan memahami bahwa kota saya sedang melalui masa sulit," tutur dia, dilansir Reuters.

Pengunjuk rasa menyeru warga berkumpul di distrik bisnis Central, Hong Kong, pusat turis Kowloon, dan pusat belanja Tsim Sha Tsui pada siang hari. Sejumlah universitas dan sekolah ditutup setelah kepolisian menembakkan gas air mata di beberapa kampus. Lebih dari 260 orang ditahan pada Senin (11/11) sehingga total lebih dari 3.000 orang telah ditahan sejak Juni.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: