Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dipakai Pelaku Bom Bunuh Diri, Kok Atribut Ojol Dijual Bebas?

Dipakai Pelaku Bom Bunuh Diri, Kok Atribut Ojol Dijual Bebas? Kredit Foto: Selular.id.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pascapengeboman yang terjadi di Polrestabes kota Medan pada Rabu (13/11/2019) pukul 08.45 pagi tadi, publik menjadi bertanya-tanya tentang identitas pelaku yang mengenakan atribut ojek online.

Alasannya, identitas dari pengojek online biasanya dilihat dari atribut yang dipakai. Atribut biasanya melambangkan perusahaan yang diwakili mitra sebagai pengendara ojek online.

Namun, seperti yang diketahui, penjualan atribut ojek online sendiri rupanya tidak hanya dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa ride-hailing, tapi pelaku usaha juga bebas memperjualbelikan atribut tersebut.

Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono juga menyoroti hal tersebut. Menurutnya, sampai saat ini belum ada aturan yang sah dalam mengawasi penjualan atribut ojek online.

Baca Juga: Aplikator Ojek Online Ini Bantah Tudingan Pilih Kasih dari KPPU, Simak Penjelasannya!

"Ini tidak menyebut legal atau tidak karena tidak ada aturan (yang mengatur)," kata Igun di Kantor Garda, Rabu (13/11/2019).

Menurutnya, mekanisme penjualan atribut secara bebas merupakan bagian dari rantai ekonomi, di mana kebutuhan akan disusul dengan pengadaan. Terlebih, permintaan akan atribut ojek online di pasar bebas cukup tinggi.

"Memang ini mekanisme di pasar. Susah, ketika dilarang, malah makin banyak yang menjual. Pihak aplikator tidak bisa mencegah karena masyarakat memanfaatkan popularitas ojek online untuk menjual atribut," katanya.

Dari harga sendiri, Igun menyebut bahwa atribut ojek online yang dijual di pasar bebas dipatok dengan harga kisaran dari Rp200 hingga Rp300 ribu. Harga tersebut termasuk jaket dan helm ojek online.

Beberapa aplikator penyedia jasa ride-hailing mulai memberlakukan biaya untuk atribut yang dikenakan mitra pengendaranya. Menurutnya, hal ini yang menjadi pemicu banyaknya atribut yang dijual bebas.

Baca Juga: Bom Bunuh Diri Medan, Begini Tampang Pelaku yang Pakai Jaket Ojol

"Kami tidak tahu kenapa aplikasi memutuskan akhirnya atribut dijual. Jadi, ini mengakibatkan penjualan atribut bisa bebas, baik driver maupun orang-orang yang ingin mencari keuntungan dari jual atribut," ujarnya.

Penggunaan atribut ojek online pada insiden bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Kota Medan disebut Igun, "sedikit menyudutkan teman-teman ojek online." Karenanya ia meminta agar aturan tentang jual-beli atribut ojek online dari aplikator diperketat.

"Kami harap ada peran serta aplikator terhadap penjualan atribut sebagai mitra harus diperketat agar tidak ada penyalahgunaan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: