Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pebisnis: Ekonomi RI Harus Dilindungi dari Persaingan Luar Negeri

Pebisnis: Ekonomi RI Harus Dilindungi dari Persaingan Luar Negeri Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil survei HSBC yang baru-baru ini dirilis mengungkapkan soal pandangan warga dunia tentang perdagangan internasional. Disebutkan bahwa hampir semua kalangan bisnis (97 persen) mengharapkan prospek bagus untuk bisnis internasional dan 45 persen merasa sangat positif akan hal ini.

Survei bertajuk Navigator: Now, Next and How ini merinci bahwa responden dari Indonesia lebih bersemangat ketika ditanya apakah perdagangan internasional akan mendatangkan kesempatan bisnis untuk lima tahun ke depan (Indonesia 96 persen, dunia 79 persen).

Rinciannya, kesempatan bisnis itu berupa menghadirkan inovasi (Indonesia 95 persen, dunia 80 persen), meningkatkan pendapatan (Indonesia 96 persen, dunia 70 persen), efisiensi (Indonesia 94 persen, dunia 78 persen), dan mendukung ketenagakerjaan (Indonesia 94 persen, dunia 73 persen).

Baca Juga: Lawan Arus Global, Masa Depan Bisnis di Depan Mata

"Hasil ini umumnya lebih tinggi daripada persentase global. Manfaat yang diharapkan di Indonesia beragam, mulai dari manfaat langsung (kesempatan baru dan efisiensi), manfaat untuk pekerja (pendapatan dan perekrutan kerja), serta manfaat bagi konsumen (inovasi)," kata Dandy Pandi, Country Head, Global Trade and Receivable Finance PT Bank HSBC Indonesia, melalui keterangannya kepada redaksi Warta Ekonomi.

Satu fakta baru yang menarik dari survei ini ialah dunia bisnis di Indonesia merasa bahwa proteksionisme semakin marak di negara tempat mereka untuk melakukan aktivitas bisnis. Proteksionisme sendiri adalah paham bahwa ekonomi dalam negeri harus dilindungi pemerintah terhadap persaingan dari luar negeri.

Survei juga mengungkapkan, mayoritas responden berpendapat bahwa proteksionisme lebih memberikan keuntungan. Kalangan bisnis mengatasi dampak proteksionisme dengan berfokus pada kanal digital, pemangkasan biaya, mengubah portofolio, dan mengambil (bahan baku) dari pemasok lokal.

Temuan lainnya bahwa lebih dari 85 persen kalangan bisnis di Indonesia memandang proteksionisme sedang marak. Angka pertumbuhannya cukup signifikan per tahun dari 55 persen di 2017 sampai hampir tiga perempatnya (71 persen) pada 2018.

Baca Juga: Soal Prospek Bisnis, Bos-bos Perusahaan Indonesia Paling Optimis

Asal tahu saja, survei ini melibatkan 9.131 perusahaan dari enam wilayah berbeda untuk melihat rencana investasi para pebisnis, bagaimana mereka mengambil keputusan penting, melakukan berbagai perubahan, serta mengembangkan bisnis. Dari Indonesia sendiri, ada 150 perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini. 

HSBC menetapkan kriteria pengambilan sampel, yaitu perusahaan dengan omzet minimal US$1,75 juta dan batas korporasi sebesar US$16,5 juta. Responden merupakan para pengambil keputusan kunci dan memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan di perusahaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: