Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Mau Tangkal Proteksionisme-Geopolitik? HSBC Kasih Tahu Strateginya

Bisnis Mau Tangkal Proteksionisme-Geopolitik? HSBC Kasih Tahu Strateginya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Semakin banyak perusahaan saat ini, baik di tingkat regional maupun domestik, bergeser menuju era teknologi digital dan menciptakan ekosistem untuk mendukung perubahan yang terjadi.

HSBC pun menyarankan agar pebisnis di Indonesia mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan teknologi digital guna meningkatkan efisiensi operasional, menaikkan penjualan, dan menemukan mitra strategis yang tepat.

Perusahaan-perusahaan juga bisa fokus pada penjualan secara online. Menurut surveinya yang bertajuk Navigator: Now, Next and How, HSBC berkata bahwa 40 persen perusahaan menilai metode ini (penjualan online) sebagai strategi untuk menangkal proteksionisme.

Baca Juga: Pebisnis: Ekonomi RI Harus Dilindungi dari Persaingan Luar Negeri

Asal tahu saja, proteksionisme adalah paham bahwa ekonomi dalam negeri harus dilindungi pemerintah terhadap persaingan dari luar negeri.

Masih menurut survei di atas, 34 persen perusahaan lainnya menggunakan penjualan daring untuk mengurangi risiko geopolitik.

Country Head, Global Trade and Receivable Finance PT Bank HSBC Indonesia, Dandy Pandi berpendapat, "Iklim politik global saat ini juga mengharuskan perusahaan menilai kekuatan dan keandalan rantai pasokan mereka. Mengamankan pasokan bahan baku dan energi adalah kuncinya."

Perusahaan di Indonesia, dia sampaikan, harus memperhatikan seruan keberlanjutan dari dunia internasional, kompetitor, dan investor. Pasalnya pada akhirnya hal tersebut akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.

"Perusahaan pun harus fokus pada keuangan, berinvestasi lebih banyak di sektor teknologi, serta mengembangkan kerangka kerja berkelanjutan, juga sektor manufaktur," katanya.

Baca Juga: Lawan Arus Global, Masa Depan Bisnis di Depan Mata

Survei ini melibatkan 9.131 perusahaan dari enam wilayah berbeda untuk melihat rencana investasi para pebisnis, bagaimana mereka mengambil keputusan penting, melakukan berbagai perubahan, serta mengembangkan bisnis. Dari Indonesia sendiri ada 150 perusahaan yang menjadi bagian dari sampel penelitian ini.

HSBC menetapkan kriteria pengambilan sampel, yaitu perusahaan dengan omzet minimal US$1,75 juta dan batas korporasi sebesar US$16,5 juta. Responden merupakan para pengambil keputusan kunci dan memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan di perusahaan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: