Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Lagi Andalkan Cuan dari Bunga Bersih, Begini Strategi Bank Bukopin!

Tak Lagi Andalkan Cuan dari Bunga Bersih, Begini Strategi Bank Bukopin! Kredit Foto: Bank Bukopin
Warta Ekonomi, Bandung -

PT Bank Bukopin Tbk meyakini laju bisnisnya ke depan tidak akan bisa lagi mengandalkan sokongan dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII).

Sebagai gantinya, bank dengan kode saham BBKP tersebut kini memilih berfokus pada pendapatan berbasis fee (fee based income/FBI). Strategi baru itu akan ditopang lewat kinerja empat produk barunya, yaitu Flexy Bill, Flexi Gas, Flexy Health dan invoice financing.

“Konsepnya semacam dana talangan untuk membantu pendanaan modal kerja. Misalnya Flexy Bill yang membantu sebuah corporate yang biasanya tagihan listriknya tiba tiap tanggal 20 tiap bulannya, dengan produk ini dia bisa menunda pembayaran sampai enam bulan tanpa penalty. Dengan begitu secara cash flow mereka sangat terbantu,” ujar Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk, Eko Rachmansyah Gindo saat paparan kerja, di Bandung, Jumat (15/11).

Baca Juga: Nobar Film Charlie Angel's Gratis, Lewat Aplikasi Milik Bank Ini!

Dengan konsep bisnis tersebut, Eko mengklaim keberadaan produk Flexy jauh lebih efektif dalam membantu permodalan kerja nasabah perusahaan dibanding penyaluran investasi dan pinjaman modal kerja. Klaim tersebut dibuktikannya dengan perolehan pembiayaan produk Flexy yang per Oktober telah mencapai Rp1,2 triliun, melewati target yang semula telah dipatok perusahaan sebesar Rp1 triliun.

“Jenis produk Flexy Bill dan Flexy Gas ini bisa dibilang hanya kami yang garap. Kalau Flexy Bill itu untuk tagihan listrik, Flexy Gas juga talangan serupa untuk tagihan gas bagi sejumlah industri yang butuh pasokan gas. Lalu Flexy Health lebih pada talangan untuk pembayaran tagihan rumah sakit atas BPJS Kesehatan. Ini semua pasarnya potensial,” tutur Eko.

Dengan lebih berfokus pada empat produk tersebut, lanjut Eko, pihaknya juga bisa lebih menekan porsi kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dibanding penyaluran kredit investasi dan modal kerja secara biasa. Melalui produk Flexy, Eko juga mengklaim bisa mengantongi FBI sedikitnya 1,1 persen per bulan.

“Kami bisa jamin produk Flexy ini zero NPL. Per akhir tahun kami yakin perolehannya bisa mencapai Rp1,5 triliun, dan pada tahun 2020 mendatang kami targetkan bisa tumbuh sampai dua kali lipat jadi Rp3 triliun,” tegas Eko.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Tanayastri Dini Isna

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: