Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nahloh! Kecanduan Belanja Online Bisa Berisiko Depresi Lho

Nahloh! Kecanduan Belanja Online Bisa Berisiko Depresi Lho Kredit Foto: Iprice
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat makin terbiasa untuk berbelanja secara online. Belanja online dinilai lebih praktis dan cepat dibandingkan dengan metode konvensional. Meski demikian, kebiasaan ini ternyata bisa memengaruhi kondisi mental seseorang lho.

Seorang ahli mengatakan kecanduan belanja online bisa membuat situasi semakin parah. Hipotesis dilakukan terhadap 122 pasien yang mencari bantuan untuk menghilangkan kecanduan belanja online mereka. Penelitian tersebut dipimpin oleh seorang psikoterapis Hannover Medical School Jerman, dr. Muller.

Ia dan rekan-rekannya menemukan bahwa orang yang berjuang dengan kecanduan belanja online memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi. Para peneliti menjelaskan bahwa kecanduan ini semakin parah dengan munculnya pengecer online, aplikasi dan pengiriman rumah.

Fasilitas internet yang tersedia selama 24 jam sehari membuat pelanggan dapat menikmati kepraktisan dalam berbelanja kapan saja mereka inginkan. Mereka juga tidak perlu repot untuk keluar rumah demi mendapatkan barang yang mereka butuhkan.

Ada pula argumen yang mengatakan bahwa pengecer online umumnya menawarkan penawaran yang lebih bagus ketimbang toko fisik konvensional. Hal inilah yang membuat masyarakat dengan budget pas-pasan lebih tertarik untuk belanja online.

Sebagaimana dilansir VT, Sabtu (16/11/2019), dr. Muller dan rekan-rekan penelitiannya percaya bahwa gangguan membeli dan belanja-buying-shopping disorder (BSD) yang sudah terlalu lama harus diawasi dengan baik. Seseorang harus memberikan perhatian yang benar terhadap kebiasaan tersebut.

Sebagai hasil dari dari temuan dalam penelitian tersebut, para peneliti menjelaskan BSD terjadi karena hasrat ekstrem untuk membeli barang. Seseorang akan merasakan kepuasan ketika bisa menghabiskan uang yang dia miliki untuk berbelanja.

"Ini benar-benar saatnya untuk mengenali BSD sebagai kondisi kesehatan mental yang terpisah. Untuk mengumpulkan pengetahuan lebih lanjut tentang BSD terdapat di internet. Kami berharap bahwa hasil kami menunjukkan bahwa prevalensi kecanduan belanja online di antara pasien yang mencari pengobatan dengan BSD akan mendorong penelitian di masa depan,” terang dr. Muller.

Lebih lanjut, dr. Muller berharap masyarakat bisa mengatasi masalah tersebut. Pasalnya jika dibiarkan maka kebiasaan tersebut akan semakin parah mempengaruhi mental seseorang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: