Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Korporasi Bingung, Bikin Pertumbuhan Kredit Melemah

Korporasi Bingung, Bikin Pertumbuhan Kredit Melemah Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menilai melemahnya kredit perbankan karena lemahnya permintaan kredit khususnya kredit korporasi. Bank sentral mencatat kredit perbankan pada September 2019 tumbuh 7,89%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar 8,59%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa kredit perbankan dipengaruhi oleh dua faktor, yakni dari sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran semua faktor kondusif atau positif. Namun, dari sisi permintaan terdapat masalah yang membuat kredit perbankan mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga: BI Kembali Turunkan GWM Cegah Bank Rebutan DPK

"Tentu saja kami sampaikan kredit belum meningkat pesat karena banyak didorong oleh belum kuatnya permintaan kredit dari sisi korporasi," ujar Perry di Gedung BI, Kamis (21/11/2019).

Perry menjelaskan, pelemahan dari sisi permintaan korporasi ini terlihat dari hasil survei BI yang mengindikasikan pada 2020 belum semua korporasi merencanakan investasi. Perry membeberkan, hanya sekitar 47% korporasi yang merencanakan investasi, sedangkan sisanya masih fokus pada konsolidasi keuangannya masing-masing.

"Sisa 53% belum merencanakan investasi dan fokus bagaimana konsolidasi keuangan sehingga ini jadi salah satu indikator kenapa permintaan kredit masih belum kuat dari sisi korporasi," tegasnya.

Hasil survei itu menyimpulkan bahwa sebagian besar korporasi menahan ekspansi atau investasi. Hal ini, kata Perry, karena mereka masih ragu dan menakar prospek pertumbuhan ekonomi ke depan. Mereka belum confident ekonomi ke depan tumbuh seperti apa.

"Karena ini akan menentukan seberapa besar kalau menambah produksi, menambah investasi, seberapa besar tingkat hasilnya sehingga bisa menutup biaya modal baik dari perbankan, pasar modal, maupun utang luar negeri. Satu studi kami bahwa 80% dari kebutuhan pendanaan korporasi berasal dari modal sendiri, return earning atau dari laba ditahan," tutup Perry.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: