Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menebak Wajah Pelabuhan Pasca ‘Terpapar’ Gelombang Disrupsi

Menebak Wajah Pelabuhan Pasca ‘Terpapar’ Gelombang Disrupsi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kemajuan teknologi dari masa ke masa selalu berhasil mengubah ‘wajah’ peradaban masyarakat hingga ke level kehidupan sehari-hari. Sebelum teknologi televisi ditemukan, misalnya, tak akan pernah terbayang di benak masyarakat bahwa sebuah momen di satu tempat dapat didokumentasikan dalam bentuk gambar gerak untuk bisa disaksikan dari jarak jauh, bahkan kini secara realtime (siaran langsung). Atau juga fenomena yang terjadi saat ini, di mana sebuah perusahaan yang hanya mengandalkan kinerja sebuah aplikasi dan sama sekali tidak memiliki aset kendaraan, namun mampu menguasai dan memenangkan persaingan di industri transportasi.

 

“Dulu bisa jadi dianggap tidak mungkin dan tak terbayangkan sebelumnya. Tapi Go-Jek dan Grab telah membuktikannya, bahwa untuk sukses di bisnis transportasi ternyata tidak perlu punya aset kendaraan yang banyak. Begitu pun di industri pelabuhan. Bisa jadi sepuluh hingga dua puluh tahun lagi wajah pelabuhan seperti yang kita kenal selama ini sudah akan benar-benar berubah. Tidak lagi seperti yang ada sekarang,” ujar Direktur Utama Indonesia Port Corporation (IPC), Elvyn G Masassya, kepada Warta Ekonomi, dalam sebuah wawancara di kantornya, di Jakarta, Kamis (21/11).

 

Sebagai sebuah korporasi yang harus selalu bisa bertahan di tengah perubahan pasar yang terjadi di masyarakat, menurut Elvyn, pihaknya juga selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dan sekiranya dapat mengubah arah persaingan industri. Terlebih seiring dengan gelombang disrupsi atau yang juga kerap disebut sebagai era revolusi industri 4.0. 

 

Baca Juga: Tiga Tahun Lagi, Indonesia Punya Pelabuhan Full Robotik

 

“Kami harus selalu siap terhadap gelombang perubahan itu, yang bisa datang setiap saat. Misalnya saja sekarang di pelabuhan kita kenal ada jasa kapal pandu dan kapal tunda untuk mengarahkan kapal yang akan bersandar ke dermaga. Ke depan mungkin aktifitas itu tidak lagi menggunakan kapal, melainkan drone sehingga lebih mudah. Atau bisa jadi suatu saat malah nggak usah ada pandu-tunda, melainkan kapal bisa merapat otomatis ke dermaga pakai magnet. Apakah bisa? Ya mungkin saja,” tutur Elvyn.

 

Bahkan dengan pengandaian dan daya imajinasi yang lebih jauh, Elvyn melanjutkan, bisa saja aktifitas impor barang di masa depan tidak lagi memerlukan delivery barang secara fisik, melainkan diproduksi secara massal dari jauh melalui teknologi augmented reality (AR). Jika kemungkinan itu benar-benar terjadi, maka dapat dibayangkan penurunan volume impor barang yang bakal terjadi di industri kepelabuhanan. 

 

“Sekarang saja kan orang bisa melakukan aktifitas dari jarak jauh menggunakan remote. Jadi ya bisa saja di satu waktu nanti impor mobil tidak perlu kirim barang jauh-jauh dari negara produsennya. Cukup diproduksi di sini pakai AR. Apakah bisa? Ya mungkin sekarang kita menganggap itu belum mungkin terjadi. Tapi apa sih yang tidak mungkin dalam hal teknologi? Segala teknologi seperti Artificial Inteligence (AI), blockchain, Internet of Thing (IoT), big data sampai quantum computer itu semua sekarang bukan lagi angan-angan dan akan segera terjadi. Jadi mau tidak mau kita harus antisipasi,” papar Elvyn.

 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: